Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Melambat, BI Dorong Diversifikasi di Luar Tambang
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim, Budi Widihartanto-Mayang Sari -Nokorsatukaltim.disway.id
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM-Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) pada 2025 menghadapi tekanan cukup berat.
Penurunan harga batu bara, perlambatan proyek konstruksi, serta dampak ketidakpastian geopolitik global membuat kinerja ekonomi daerah penghasil sumber daya alam ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal dalam dua tahun terakhir, Kaltim menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional berkat tingginya nilai ekspor dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun kini, tanda-tanda perlambatan mulai terasa di berbagai sektor.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim, Budi Widihartanto, mengakui bahwa kombinasi faktor global dan domestik sedang menekan ekonomi daerah.
BACA JUGA: Ekonomi Berbasis Komunitas Menguat, Balikpapan Fest 2025 Tampilkan 2.700 Talenta Lokal
"Memang di tahun 2025 ini kita mengalami tekanan yang lumayan berat karena pergeseran geopolitik dunia yang berdampak kepada perekonomian Kaltim. Ekonomi kita berbasis komoditas ekspor, terutama batu bara, dan saat ini harganya memang mengalami penurunan," ungkap Budi ditemui Jumat, (7/11/2025).
Menurut Budi, hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan III-2025 melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Kondisi ini, menurutnya, menjadi sinyal perlunya memperluas sumber pertumbuhan ekonomi baru di luar sektor ekstraktif.
"Pertumbuhan kita di triwulan tiga ini sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tapi tentu kita berharap pada triwulan empat nanti bisa rebound dengan mempercepat realisasi anggaran dan memperkuat sektor-sektor lain di luar tambang,"ujarnya.
BACA JUGA: Pengamat Ekonomi Unair: Pabrik Soda Ash Bontang Bikin Arus Logistik Nasional Merata
Dijelaskan Budi, bahwa perlambatan ekonomi Kalimantan Timur tidak hanya disebabkan oleh tekanan global, tetapi juga karena dua sektor utama daerah ini, yakni pertambangan dan konstruksi, tengah mengalami penurunan aktivitas.
"Di sektor konstruksi ada perlambatan karena beberapa proyek tertunda, sedangkan di sektor tambang kita juga menghadapi penurunan permintaan. Selain itu, pergeseran anggaran akibat pelaksanaan Pilkada membuat realisasi pembangunan sedikit melambat," paparnya.
Menurut Budi, pelemahan paling nyata terjadi di sektor tambang, terutama batu bara, yang masih menjadi tumpuan ekspor Kaltim.
Ia menjelaskan bahwa kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk China, telah menekan aktivitas industri di sana.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
