Bankaltimtara

Batu Bara Kuasai 70 Persen Ekspor Kaltim, Pelabuhan di Balikpapan Pintu Utama Keluar Masuk Barang

Batu Bara Kuasai 70 Persen Ekspor Kaltim, Pelabuhan di Balikpapan Pintu Utama Keluar Masuk Barang

Jejeran tongkang memuat batu bara melintasi Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.-Disway/ Salsa-

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Batu bara masih menjadi tulang punggung ekspor Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang awal 2025. Meski nilai ekspor dan impor menurun pada Maret, neraca perdagangan provinsi ini tetap menunjukkan surplus.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana menjelaskan, bahwa nilai ekspor Kaltim pada Maret 2025 tercatat sebesar USD 1,71 miliar.

"Angka ini terkontraksi 5,47 persen dibandingkan Februari 2025 yang senilai USD 1,81 miliar," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima oleh Nomorsatukaltim, Kamis (8/5/2025).

Tak hanya ekspor, nilai impor Kaltim pada Maret juga mengalami penurunan sebesar 20,74 persen menjadi USD 374,03 juta dari posisi Februari sebesar USD 471,93 juta.

BACA JUGA: Komoditas Ekspor Luar Negeri di Bandara Kalimarau Didominasi Hasil Laut

"Meski ekspor menurun, neraca perdagangan Kaltim tetap mencatatkan surplus sebesar USD 1,34 miliar pada Maret 2025," sebut Yusniar.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, nilai ekspor Kaltim mencapai USD 5,19 miliar. Namun capaian tersebut menurun 12,30 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang mencapai USD 5,92 miliar.

Sementara itu, impor kumulatif justru meningkat 21,54 persen secara tahunan menjadi USD 1,23 miliar.

Pada sektor pertambangan, terutama batu bara, mendominasi struktur ekspor Kaltim dengan kontribusi sebesar 70,30 persen sepanjang Januari hingga Maret 2025. Dilanjutkan dari sektor industri menyumbang 19,13 persen, dan migas 10,49 persen.

BACA JUGA: Pemerintah Pangkas Ekspor Gas, Antisipasi Defisit Pasokan Nasional 2025–2035

Negara tujuan ekspor utama masih didominasi oleh China (33,30 persen), diikuti India (16,02 persen), dan Filipina (8,53 persen).

Ekspor nonmigas secara bulanan mencatat penurunan terbesar pada golongan pupuk (HS 31) sebesar USD 50,61 juta atau 78,36 persen, disusul bahan kimia anorganik (HS 28) yang turun USD 19,97 juta atau 62,48 persen.

Meski demikian, pihaknya mengatakan bahwa ekspor lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) mengalami kenaikan USD 25,42 juta atau 10,48 persen. Penurunan impor ini berasal dari dua komponen utama, yakni migas dan nonmigas.

"Impor migas turun 4,52 persen menjadi US$300,50 juta dan impor nonmigas merosot 53,23 persen menjadi USD 73,53 juta," jelas Yusniar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait