Bankaltimtara

Daya Beli Ekspor Batu Bara Lesu, Banyak Perusahaan Kurangi Produksi hingga Rumahkan Karyawan

Daya Beli  Ekspor Batu Bara Lesu, Banyak Perusahaan Kurangi Produksi hingga Rumahkan Karyawan

Tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam.-Mayang/Disway Kaltim-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM — Lesunya industri pertambangan dalam beberapa bulan terakhir menjadi perhatian pelaku usaha.

Penurunan ekspor batu bara Indonesia, khususnya ke pasar besar seperti Cina dan India, turut memicu perlambatan aktivitas produksi di sejumlah daerah.

Hal ini disampaikan General Manager PT Abdi Karya Indo 99, Alvyanda Susandi atau yang akrab disapa Yanda.

Ia menjelaskan bahwa saat ini pasar global tengah menahan pembelian batu bara karena faktor ekonomi domestik masing-masing negara, terutama Cina.

“Pasar lesu. Tiongkok kini lebih fokus pada produksi dalam negerinya.Mereka Meningkatkan Produksi dalam negeri dan mengurangi impor,” kata Yanda belum lama ini.

Menurutnya, kondisi ini berdampak langsung pada turunnya volume pengiriman batu bara ke luar negeri.

Perusahaan yang sebelumnya rutin mengirim lewat jalur ekspor, kini mengalihkan fokus ke pasar domestik. Namun, daya serap dalam negeri tidak mampu menutupi penurunan dari luar negeri.

“Dulu dari satu tambang kami bisa kirim secara rutin ke luar negeri. Sekarang, pengiriman lebih banyak untuk kebutuhan dalam negeri saja,” ujarnya.

Menurunnya permintaan global memaksa perusahaan-perusahaan tambang dan mitranya melakukan efisiensi. Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah alat berat yang beroperasi, serta merumahkan sebagian pekerja.

“Kalau alat berat tidak digunakan, otomatis operatornya juga dirumahkan. Banyak perusahaan mulai mengurangi jam kerja karyawan, bahkan ada yang hanya beroperasi 10 jam sehari dari sebelumnya dua shift masing-masing 12 jam,” jelas yanda.

Sebagai rekanan transportasi pengapalan, PT Abdi Karya Indo 99 turut terdampak. Volume pengiriman yang turun membuat penghasilan perusahaan ikut menyusut.

“Ada beberapa perusahaan tambang yang sudah merumahkan karyawannya. Kami sebagai mitra transportasi tentu ikut terkena dampaknya,” ungkapnya.

Selain penurunan permintaan, harga batu bara dunia juga tercatat menurun tajam dalam semester pertama 2025. Harga acuan internasional (Indonesia Coal Index/ICI) disebut mengalami penurunan hingga 10 dolar AS per ton sejak Januari.

“Harganya turun terus, sementara kenaikannya tidak signifikan. Ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan dan margin perusahaan,” tambah yanda.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait