Menkeu AS 'Tebar Ancaman' kepada Negara yang Membalas Tarif Baru Impor Trump

Menkeu AS 'Tebar Ancaman' kepada Negara yang Membalas Tarif Baru Impor Trump

Menkeu AS, Scott Bessent menyarankan negara mitra agar tidak membalas kenaikan tarif impor yang baru ditetapkan Donald Trump.-(Foto/ Getty Images)-

WASHINGTON, NOMORSATUKALTIM – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent tebar ancaman kepada negara-negara yang berencana membalas kebijakan tarif impor baru Negeri Paman Sam.

Bessent memperingatkan negara-negara mitra dagang AS agar tidak membalas kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Donald Trump

Ia menyarankan negara-negara terdampak untuk menahan diri guna menghindari eskalasi lanjutan dalam tensi perdagangan global.

"Saran saya kepada setiap negara saat ini adalah: jangan membalas. Diam saja. Terima dulu. Lihat bagaimana perkembangannya. Karena jika kalian membalas, maka akan terjadi eskalasi. Jika tidak membalas, ini adalah batas tertingginya," ujar Bessent dalam wawancara dengan Fox News.

BACA JUGA: AS Kenakan Tarif Masuk 32 Persen untuk Indonesia, Ini Dampaknya terhadap Rupiah

BACA JUGA: Perang Dagang Kian Memanas, AS-China Saling Berbalas Kenaikan Tarif Impor

Peringatan tersebut disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif sebesar 10 persen untuk seluruh impor asing, pada Rabu, 2 April 2025.

Kebijakan ini berlaku efektif mulai Sabtu, 5 April 2025. 

Selain itu, tarif timbal balik terhadap sekitar 60 negara mitra dagang akan diberlakukan mulai Rabu, 9 April 2025. 

Dalam kebijakan baru tersebut, negara-negara yang mencatatkan defisit perdagangan terbesar dengan AS akan dikenai tarif yang lebih tinggi.

BACA JUGA: Perang Dagang Dimulai, Presiden Trump Berlakukan Tarif untuk Barang-Barang Meksiko, Kanada dan Cina

BACA JUGA: Calon Presiden Prancis Dihukum 4 Tahun Penjara karena Korupsi, Masih Ngotot Tetap Maju

Dalam pernyataan resmi Gedung Putih, tarif-tarif baru tersebut tidak akan dikenakan pada barang-barang yang dianggap vital untuk sektor manufaktur dan keamanan nasional. 

Di antaranya baja, aluminium, otomotif dan suku cadangnya, tembaga, farmasi, semikonduktor, energi, dan sejumlah mineral penting lainnya yang tidak tersedia di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: