Serius Nih, Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Dihidupkan Lagi?

Serius Nih, Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Dihidupkan Lagi?

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar. -(Ilustrasi/ Istimewa)-

NOMORSATUKALTIM - Rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menghidupkan kembali penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran 2025/2026 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Termasuk PGRI dan praktisi pendidikan.

Penjurusan yang sempat dihapuskan dalam era Kurikulum Merdeka kini dipandang kembali sebagai solusi untuk memfasilitasi peminatan siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Rencana ini berpotensi memperbaiki sistem pendidikan yang sempat mengalami kebingungannya selama masa transisi.

BACA JUGA:Disetujui Arab Saudi, Tambahan Kuota Petugas Haji Indonesia 2025 Sebanyak 2.210 orang

BACA JUGA:Kapal Pengangkut Barang Tak Bisa Berlayar, Warga Pulau Enggano Terancam Krisis Pangan dan Energi

Dianggap Penting
Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi, menyatakan bahwa dengan penjurusan, siswa dapat lebih fokus mendalami bidang studi yang sesuai dengan minat dan cita-citanya.

Ia menilai, tanpa peminatan yang jelas, siswa justru akan kesulitan menguasai ilmu secara mendalam.

“Harapannya agar siswa menguasai semua ilmu itu dengan baik, tapi jika tidak siap yang terjadi malah siswa tidak mendapatkan ilmu apa-apa atau hanya mendapatkan sedikit. Jadi dengan adanya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa itu bagus agar siswa bisa mempelajari ilmu sesuai dengan minatnya dan menjadi ahli,” ujar Unifah dikutip disway.id.

BACA JUGA:Sarbumusi Sebut Satgas PHK Bukan Solusi, Irham: Fokus Ciptakan Lapangan Kerja

Kata Para Guru
Guru Geografi di SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, Ignasius Sudaryanto, juga menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh sekolah dalam mengelola mata pelajaran peminatan.

Menurutnya, dengan penjurusan yang tidak jelas, banyak siswa yang bingung memilih mata pelajaran yang sesuai, bahkan terkadang hal ini berimbas pada pengelolaan tenaga pendidik.

“Banyak sekolah kesulitan dalam membagi jam mengajar guru karena ada mata pelajaran yang peminatnya sedikit, sehingga guru kekurangan jam mengajar yang berdampak pada TPG (Tunjangan Profesi Guru) dan sertifikasi. Di sisi lain, ada mata pelajaran yang peminatnya terlalu banyak,” kata Sudaryanto.

BACA JUGA:Presiden Prabowo Tinggalkan Indonesia, Gelar Lawatan ke 5 Negara di Timur Tengah

BACA JUGA: Tarif Impor AS Ditanggapi Serius Pemimpin Negara ASEAN, Prabowo Sampai Harus Lakukan Kunjungan ke Luar Negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id