Bankaltimtara

Dinkes Kaltim Genjot Skrining 1.000 Hari Pertama Kehidupan Bayi, Cegah Risiko Cacat Permanen hingga Kematian

Dinkes Kaltim Genjot Skrining 1.000 Hari Pertama Kehidupan Bayi, Cegah Risiko Cacat Permanen hingga Kematian

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr Jaya Mualimin.-mayang/disway kaltim-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim memperkuat program deteksi dini kesehatan bayi baru lahir dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan.

Langkah ini dinilai penting sebagai upaya mencegah gangguan tumbuh kembang, cacat permanen, hingga kematian akibat penyakit bawaan yang tidak terdeteksi sejak dini.

Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, mengatakan bahwa skrining bayi bukan sekadar prosedur rutin.

Tapi merupakan investasi kesehatan jangka panjang demi membentuk generasi unggul di Benua Etam.

BACA JUGA:Dokter Spesialis di Kukar Masih Kurang, Komisi IV Minta Perbaikan Manajemen Rekrutmen

"Setiap bayi yang lahir di Kalimantan Timur memiliki hak yang sama untuk memulai hidup dengan sehat. Program deteksi dini ini bukan hanya soal kesehatan, tapi tentang bagaimana kita menjamin masa depan mereka."

"Jangan sampai kita kehilangan potensi anak-anak kita karena kelainan yang sebetulnya bisa kita deteksi dan tangani sejak dini," ujar Jaya Mualimin, Minggu 6 Juli 2025.

Dengan mendeteksi dini, diharapkan dapat mencegah risiko permanen yang dialami bayi-bayi ini.

Oleh karena itu, Melalui skrining ini, tenaga kesehatan dapat mengantisipasi gangguan kesehatan lebih awal.

BACA JUGA:Seragam Gratis untuk Siswa di Kaltim Tahun 2025 Belum Maksimal, Disdikbud: Menunggu Penyesuaian Anggaran

Seperti, hipotiroid kongenital, defisiensi enzim G6PD, hiperplasia adrenal kongenital, atresia bilier, penyakit jantung bawaan, hingga gangguan metabolik lainnya.

"Tanpa penanganan cepat, gangguan-gangguan tersebut bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan, kecacatan, bahkan kematian. Padahal jika ditemukan lebih awal, banyak kasus dapat dikendalikan,"jelas Jaya.

Berdasarkan data Dinkes Kaltim per Mei 2025, Kematian bayi dan stunting tergolong tinggi.

Tercatat ada sebanyak 164 kasus kematian bayi usia 0–12 bulan, dengan tiga daerah penyumbang tertinggi yakni meliputi Kutai Kartanegara 39 kasus, Balikpapan 26 kasus, Berau 20 kasus.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait