Dinkes Kaltim Genjot Skrining 1.000 Hari Pertama Kehidupan Bayi, Cegah Risiko Cacat Permanen hingga Kematian
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr Jaya Mualimin.-mayang/disway kaltim-
Sementara itu, angka kematian neonatal (0–28 hari) tercatat 131 kasus.
Di sisi lain, prevalensi stunting di Kaltim masih 17,46 persen, dengan Bontang mencatat angka tertinggi yakni 23,26 persen.
BACA JUGA:Kutim Siap 90 Persen Jadi Tuan Rumah MTQ Kaltim ke-45
"Ini menjadi cerminan bahwa kita masih punya pekerjaan besar. Deteksi dini menjadi pintu masuk untuk mengubah angka-angka ini ke arah yang lebih baik," tegas Jaya.
Dijelaskan Jaya, Skrining bayi baru lahir ini terintegrasi dalam Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang sudah berjalan sejak Februari 2025.
Adapun Tiga jalur utama PKG meliputi, PKG Ulang Tahun, untuk bayi hingga lansia.
Kemudian PKG Sekolah, yang programnya dimulai Juli 2025 untuk usia 6–18 tahun. Serta, ada PKG Khusus, yang ditujukan untuk ibu hamil dan balita. Selain itu, program juga didukung layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di seluruh puskesmas se-Kaltim.
Dinkes Kaltim pun menargetkan cakupan skrining bisa mencapai 90 persen pada akhir 2025.
Untuk itu, pelatihan tenaga medis, pengadaan alat skrining, penguatan logistik, serta integrasi data melalui aplikasi Satu Sehat akan terus dikebut.
BACA JUGA:Kaltim Siap Jadi Tuan Rumah Rakernas dan HKG PKK Nasional 2025
BACA JUGA:Pansus DPRD Kaltim Panggil Polda Hingga Unmul Demi Dorong Penanganan Kasus Tambang Ilegal
Jaya mengungkapkan, pihaknya terus mengevaluasi program yang digelar secara virtual.
Hal itu dilakukan guna mengidentifikasi hambatan di lapangan. Dia pun juga mengapresiasi antusiasme para tenaga kesehatan dari seluruh kabupaten/kota.
"Meskipun secara virtual, semangatnya luar biasa. Ini menunjukkan bahwa komitmen kita menjaga kesehatan anak-anak Kaltim tetap terjaga," kata dia.
Jaya menambahkan, skrining dini adalah bentuk cinta terhadap kehidupan sejak awal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

