Bankaltimtara

Parkinson Banyak Ditemukan di Usia Muda, Kenali Gejala dan Penyebabnya!

Parkinson Banyak Ditemukan di Usia Muda, Kenali Gejala dan Penyebabnya!

Ilustrasi penderita Parkinson.-istimewa-

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Gejala parkinson sudah banyak ditemukan pada usia muda karena faktor gaya hidup yang kurang baik.

Hal ini diungkapkan dokter spesialis neurologi dari RS Pusat Otak Nasional dr. Rizka Ibonita Sp.N yang dikutip dari ANTARA, Kamis (17/4/2025).

Gaya hidup yang tidak baik, seperti banyak begadang, konsumsi alcohol atau minum-minuman keras, dan pemakaian narkoba. “Otak akan turun fungsinya, hormon berantakan terutama dopamin, sama kalau ada cedera kepala,” kata Rizka.

Dia menjelaskan, parkinson yang umumnya diidentikkan dengan penyakit di usia 60 tahun karena penyakit degeneratif seperti penuaan alami, penurunan fungsi organ, otak dan sel.

BACA JUGA: Tips Menjaga Berat Badan Setelah Pesta Makanan saat Idulfitri

Namun, kini sudah bergeser pada usia muda yang sering disebut Young-onset Parkinson's disease (YOPD) atau penyakit Parkinson usia muda.

Rizka menjelaskan, biasanya parkinson pada remaja muncul karena penggunaan obat-obat anti depresi dari pengaruh lingkungan pergaulan, narkotika, dan obat-obatan terlarang lainnya.

Ia mengatakan gejala parkinson pada usia muda biasanya muncul pada usia 20 tahun dengan gejala anggota tubuh gemetar meski sedang istirahat, gejala kaku, gejala lambat atau gangguan keseimbangan.

Selain itu, adanya trauma atau cedera di kepala, riwayat keluarga yang pernah terkena parkinson dan paparan zat kimia industri, meningkatkan risiko gejala parkinson di beberapa tahun mendatang.

BACA JUGA: Liburan Usai, Tapi Mood Masih Berantakan? Kenali Gejala dan Solusi Post-Holiday Blues

Jika sudah ada gejala awal seperti mudah lupa, suka berhalusinasi, bahkan jauh sebelum gejala motorik seperti tremor, bisa segera dikonsultasikan sebelum terjadi perburukan.

Oleh karena itu, Rizka menyarankan untuk menjaga gaya hidup sehat sejak muda dengan berhenti merokok, menjauhi alcohol, obat-obatan dan banyak berolahraga dengan durasi 180 menit. Kemudian, konsumsi sayur dan buah agar terhindar dari gejala parkinson di usia muda.

Gejala Parkinson

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang disiarkan di laman resminya, penyakit Parkinson adalah kondisi otak yang menyebabkan masalah pada pergerakan, kesehatan mental, tidur, nyeri, dan masalah kesehatan lainnya.

Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh.

BACA JUGA: Serangan Jantung Tidak Datang Tiba-tiba, Kenali Tanda-tandanya Seminggu sebelum Hari H

Angka kasus penyakit Parkinson diproyeksikan meningkat hingga 112 persen dari hampir 12 juta kasus pada 2021 menjadi 25,2 juta kasus pada 2050 menurut studi baru.

Penyebab penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan meningkatkan kebutuhan perawatan ini belum diketahui.

Kendati demikian, orang dengan riwayat Parkinson dalam keluarga memiliki risiko lebih tinggi. Paparan polusi udara, pestisida, dan pelarut juga dapat meningkatkan risiko.

Hingga saat ini penyakit Parkinson belum ada obatnya, tetapi gejalanya bisa dikurangi dengan terapi dan obat-obatan.

BACA JUGA: Pemanis Buatan dalam Soda Diet Ternyata Meningkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke

Dilansir Health, Selasa (11/3/2025), gejala penyakit Parkinson biasanya muncul perlahan dan dapat bertahan lama.

Berikut gejala dapat muncul pada tahap awal penyakit Parkinson.

1. Kehilangan kemampuan mencium merupakan tanda awal umum penyakit Parkinson. Kebanyakan penderita penyakit ini mengalaminya.

2. Gangguan tidur memang belum tentu merupakan indikasi penyakit Parkinson. Namun, gerakan tiba-tiba saat tidur dapat menjadi tanda spesifik penyakit ini.

3. Perubahan pada tulisan tangan, tulisannya bisa menjadi lebih kecil dan lebih berhimpitan.

BACA JUGA: Hipertensi jadi Masalah Baru Bagi Remaja, Salah Satunya Disebabkan Malas Gerak

4. Penyakit Parkinson dapat menyebabkan gerakan anggota tubuh menjadi lebih lambat, lengan mungkin tidak berayun seperti sebelumnya ketika berjalan, dan berkedip serta tersenyum mungkin jadi lebih sulit.

5. Perubahan suara menjadi lebih lembut, serak, atau tidak jelas bisa jadi merupakan tanda penyakit Parkinson.

6. Tremor terjadi pada 70 persen sampai 80 persen orang yang terserang penyakit Parkinson menurut James Beck, PhD, kepala staf ilmiah Parkinson's Foundation. Tremor yang khas terjadi saat istirahat dan mereda saat tidur.

7. Gejala non-motorik seperti kecemasan dan depresi dapat menjadi indikator perkembangan penyakit Parkinson.

BACA JUGA: Jangan Anggap sebagai Musuh, Begini Dampaknya Jika Tubuh Kekurangan Garam

Gejala-gejala ini tidak selalu merupakan reaksi terhadap penyakit Parkinson, tetapi bisa jadi merupakan hasil dari perubahan kimia otak.

Seiring dengan perkembangan penyakit, banyak penderita Parkinson yang mengalami rasa pusing atau vertigo.

Penderita Parkinson Tidak Boleh Putus Minum Obat

Penderita Parkinson sebaiknya tidak putus minum obat untuk mengurangi keparahan gejala. Demikian disampaikan Apoteker klinis RS Pusat Otak Nasional apt. Nurul Ulya M.Farm sebagaimana dilansir ANTARA.

Dia menjelaskan, jika pasien Parkinson putus obat, maka akan kambuh lagi dengan gejala kaku otot, persendian.

BACA JUGA: Studi Buktikan Daging Olahan dan Alkohol Mampu Tingkatkan Risiko Kanker

“Jadi terganggu sehingga gejala parkinsonnya tidak bisa tertangani dengan baik jadi kalau bisa tidak putus obat,” kata Nurul.

Obat yang diberikan pada pasien parkinson harus diminum sesuai instruksi dokter dengan frekuensi 1 kali sehari artinya minum setiap 24 jam sekali, 2 kali sehari artinya 12 jam sekali, atau 3 kali sehari dengan jeda tiap 8 jam sekali.

Jika tidak sengaja lupa minum obat di jam yang telah ditentukan dokter, baiknya tetap diminum ketika ingat. Dan mengubah jam minum obatnya di waktu yang baru setelah 24 jam obat terakhir di konsumsi.

“Harus dalam keadaan perut kosong, levodopa dia akan berikatan dengan protein makanan jadi absorpsinya juga jadi terganggu. Otomatis, kalau bersamaan dengan makanan, absorpsinya jadi terganggu, efektivitasnya jadi terganggu. Baiknya dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait