Pemkab Kukar Tetapkan Sentra Budidaya Ikan Nila di Loa Kulu dan Sekitarnya
Pembagian bibit ikan yang dilakukan Bupati Kukar kepada para pembudidaya ikan. -ist--

Banner Diskominfo Kukar 2025 Rev--
KUKAR, NOMORSATUKALTIM – Pemkab Kutai Kartanegara telah menetapkan kawasan sentra budidaya. Fokus utama pada pengembangan ikan nila di wilayah Loa Kulu dan sekitarnya.
Upaya ini merupakan lanjutan dari program Kukar Idaman yang telah berhasil memfasilitasi 25.000 nelayan di wilayah Kutai Kartanegara. Selain itu, sebagai bagian dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Sejauh ini, target kita untuk memfasilitasi 25.000 nelayan sudah tercapai. Itu sudah terfasilitasi semua,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kutai Kartanegara, Muslik, belum lama ini.
Menurutnya, setelah tahap fasilitasi terpenuhi, kini pemerintah akan memfokuskan program pada pembangunan kawasan produksi perikanan air tawar secara terencana dan berkelanjutan.
“Ke depan, kita akan konsentrasi di sentra produksi. Terutama untuk kawasan Loa Kulu dan sekitarnya, yang kita dorong untuk menjadi pusat pengembangan budidaya ikan nila,” jelasnya.
KUKAR sendiri telah ditetapkan dalam RPJMN sebagai pusat pengembangan kawasan sentra perikanan di Kalimantan Timur. Penetapan ini menjadikan Kukar sebagai titik fokus dalam pembangunan perikanan nasional, baik dari segi infrastruktur maupun kualitas sumber daya manusia.
“RPJMN itu sudah menetapkan di Kalimantan Timur sebagai kawasan sentra perikanan adalah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah lokasinya,” tegas Muslik.
Selain Loa Kulu, wilayah pesisir seperti Muara Badak dan Marang Kayu juga diproyeksikan menjadi titik penting dalam pengembangan budidaya ikan, karena potensi perairan dan kesiapan kelompok nelayan di daerah tersebut.
“Kita juga akan lebih fokus nantinya pada budidaya ikan di Muara Badak dan Marang Kayu. Potensinya besar dan dukungan dari masyarakat juga kuat,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa budidaya ikan nila dipilih karena memiliki pasar yang stabil, waktu panen yang cepat, serta tingkat adaptasi tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan lokal.
“Nila itu punya nilai ekonomis yang bagus, cocok dibudidayakan di air tawar dan bisa dipanen dalam waktu relatif singkat,” paparnya.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mendorong kemandirian nelayan, peningkatan produksi lokal, dan penguatan ketahanan pangan berbasis sumber daya perairan yang dikelola secara berkelanjutan.
“Kita berharap ini bisa jadi tonggak baru, bukan hanya untuk meningkatkan produksi, tapi juga untuk memberdayakan masyarakat pesisir secara ekonomi,” imbuh Muslik. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
