NTP Kaltim Turun Tajam April 2025, Sektor Pertanian Tertekan
Aktivitas petani di salah satu daerah di Kalimantan Timur -salsabila/disway-
"Penurunan NTUP ini menandakan bahwa bukan hanya daya beli untuk konsumsi yang menurun, tapi juga kemampuan berproduksi," ujarnya.
Secara sektoral, tiga dari lima subsektor mencatat penurunan NTP. Subsektor tanaman perkebunan rakyat turun paling dalam sebesar 3,53 persen menjadi 203,15.
Disusul hortikultura turun 2,27 persen menjadi 124,38, dan peternakan turun 1,06 persen menjadi 106,00. Kemudian, tanaman pangan dan perikanan masing-masing naik tipis sebesar 0,19 persen dan 1,00 persen.
Adapun penurunan di subsektor perkebunan menjadi perhatian khusus bagi pihaknya, karena selama ini menjadi penyumbang utama dalam struktur pertanian Kaltim.
"Harga produk perkebunan rakyat seperti kelapa sawit mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga menekan indeks harga yang diterima petani," jelasnya.
BACA JUGA:BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Terkoreksi Akibat Tarif Trump
BACA JUGA:Bayar Pakai QRIS Dikecam AS, Pakar: Justru Lebih Efisien!
Tak hanya itu, NTUP juga mencerminkan tekanan serupa. Tiga subsektor yang mengalami penurunan adalah tanaman perkebunan rakyat (-2,89%), hortikultura (-1,45%), dan peternakan (-1,04%). Kenaikan NTUP hanya terjadi di subsektor tanaman pangan (0,70%) dan perikanan (1,80%).
Penurunan NTP Kaltim tercatat sebagai yang terbesar kedua di Kalimantan, setelah Kalimantan Selatan yang turun 4,77 persen. Di tingkat nasional, kontraksi NTP mencapai 2,15 persen pada April 2025.
"Seluruh provinsi di Kalimantan mengalami penurunan NTP. Ini menggambarkan tekanan ekonomi yang cukup merata di sektor pertanian regional," tutup Yusniar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
