Banyak Pasien Tidak Tahan Jalani Penyembuhan, Kemenkes Khawatirkan 'Silent Pandemic' TBRO

Banyak Pasien Tidak Tahan Jalani Penyembuhan, Kemenkes Khawatirkan 'Silent Pandemic' TBRO

Silent pandemic Tuberkulosis Resisten Obat (TBRO) menjadi kekhawatiran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.-(Freepik/vecstock)-

NOMORSATUKALTIM - Silent pandemic Tuberkulosis Resisten Obat (TBRO) menjadi kekhawatiran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI karena baru terdeteksi kurang dari separuh dari perkiraan kasus secara nasional.

TBRO adalah jenis tuberkulosis akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap pengobatan TBC.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengungkapkan, pada 2023 TBRO di Indonesia diperkirakan sebanyak 28.000 hingga 30.000 kasus, namun baru 12.215 yang terdeteksi.

BACA JUGA: Pemkab Paser Kolaborasi dengan Perusahaan Swasta Bangun Fasilitas Kesehatan

Sedangkan pada kasus TBC, baru 77 persen dari estimasi 1.092.000 yang terdeteksi atau sekitar 821 ribu kasus ditemukan di Indonesia. 

"Jadi enggak sampai separuh (TBRO) yang ketemu. Ini juga jadi masalah karena yang ketemu hanya separuh, yang lain belum ketemu. Sehingga kalau mereka menularkan ke orang lain, yang ketularan sudah langsung kena TBRO," ujar Imran acara "Pengobatan TBC RO, Kini Sembuh Lebih Cepat" yang disiarkan di kanal YouTube TB Indonesia, dilihat Kamis (21/3/2024).

BACA JUGA: Ramai Dibahas di Medsos, Benarkah Makanan Pedas Jadi Penyebab Kista?

BACA JUGA: Plt Kepala BKN: ASN tak Boleh Menolak Dipindah ke IKN

Imran menyebutkan, pada 2023 target pengobatan kasus TBRO di Indonesia adalah 90 persen, sedangkan baru 73 persen tercatat melakukan pengobatan. 

Ia menambahkan, pada target kesuksesan pengobatan TBRO 2023 yaitu 80 persen, baru 55 persen kesuksesan pengobatan tercatat.

Menurutnya, pengobatan bagi penderita TBRO perlu dibuat lebih ringkas, lebih aman, lebih baik, guna mencegah silent pandemic akibat penyakit itu.

BACA JUGA: Kendaraan di Balikpapan Tumbuh 100 Unit per Hari, Dishub Berencana Tambah TL di Sejumlah Titik

Sebab, pengobatan TBRO begitu rumit, karena ada puluhan obat yang perlu dikonsumsi sehingga orang menjadi enggan untuk berobat.

"Setiap hari itu orang harus, tanda kutip sarapan, sarapan tablet, satu genggam gitu ya. Jadi ini yang membuat kita jadi 'kayaknya kok nggak manusiawi gitu ya'. Orang disuruh berobat tapi makannya sampai satu genggam obat," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: