Kemenkes Membantah Wolbachia Tingkatkan Keganasan Nyamuk DBD

Kemenkes Membantah Wolbachia Tingkatkan Keganasan Nyamuk DBD

Kemenkes menyatakan, keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab dengue tidak berkorelasi dengan wolbachia.-(Foto/Dok.Kemenkes)-

NOMORSATUKALTIM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah isu yang menyebut kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) disebabkan penyebaran nyamuk ber-wolbachia di beberapa titik di Indonesia.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab dengue tidak berkorelasi dengan wolbachia.  

Maxi menyebut, karakteristik nyamuk Aedes aegypti tetap sama di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk ber-wolbachia.

BACA JUGA: Pemerintah Pusat Alokasikan Rp35,45 Triliun untuk IKN Tahun Ini

Selain itu, tanda dan gejala orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama, seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

"Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan," kata Maxi dalam keterangannya, dikutip Selasa (2/4/2024).

Maxi mengatakan, penyebaran nyamuk ber-wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta. 

BACA JUGA: DMPD Kukar Serahkan Bantuan ke Panti Asuhan Mishbaa Hun Muniir

Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, kata Maxi, nyamuk ber-wolbachia terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Menurut pantauan Kemenkes dan dinas kesehatan di kota tempat penyebaran nyamuk ber-wolbachia disebar seperti Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen setelah pelepasan. 

Angka tersebut, menurut dia, masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.

BACA JUGA: Modus Baru Peredaran Narkoba Jaringan Internasional, Sabu Dalam Bungkus Minuman Kopi

"Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," katanya.

Maxi memastikan penerapan teknologi itu aman karena memanfaatkan bakteri alami wolbachia yang ada pada serangga dan telah melalui penelitian yang relatif cukup panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: