Perlu Diingat Ternyata Stres Berlebih Bisa Berdampak Buruk Terhadap Kondisi Tubuh

Perlu Diingat Ternyata Stres Berlebih Bisa Berdampak Buruk Terhadap Kondisi Tubuh

Stres dapat mempengaruhi kondisi tubuh-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Tubuh memiliki kemampuan alami untuk mengatasi stres dalam jumlah yang kecil. Menurut Cleveland Clinic, tubuh manusia memiliki mekanisme yang memungkinkannya untuk merespons stres dan menyesuaikan diri terhadapnya.

Ketika seseorang mengalami perubahan atau tantangan (stressor), tubuh akan merespons dengan menghasilkan respons stres baik secara fisik maupun mental.

Respons stres ini, seperti bertarung atau melarikan diri, membantu tubuh untuk beradaptasi dengan situasi yang baru. Stres juga dapat memiliki dampak positif, seperti meningkatkan kewaspadaan, motivasi, dan kesiapan untuk menghindari bahaya. Namun, stres dapat menjadi masalah jika pemicu stres terus berlanjut tanpa adanya periode kelegaan atau relaksasi.

Stres memiliki dampak pada sistem saraf otonom tubuh, yang mengendalikan fungsi-fungsi seperti detak jantung, pernapasan, perubahan penglihatan, dan lain-lain. Ketika seseorang mengalami stres dalam jangka waktu yang panjang, aktivasi berulang dari respons stres dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh.

Ketika seseorang mengalami stres, otak melepaskan serangkaian hormon yang menyebabkan perubahan fisiologis.

Hormon-hormon ini termasuk kortisol, epinefrin (atau adrenalin), dan norepinefrin. Stres kronis dapat meningkatkan kadar kortisol dalam jangka waktu yang lama, yang dapat mengganggu dan merusak bagian otak yang penting untuk fungsi memori jangka panjang, yang disebut hipokampus.

Peningkatan kadar kortisol dalam jangka panjang juga dapat merusak korteks prefrontal otak, yang penting untuk kemampuan konsentrasi.

Ketika tubuh mengalami stres, otot cenderung menjadi tegang. Ini hampir merupakan respons refleks terhadap stres, di mana tubuh bereaksi dengan cara ini untuk melindungi diri dari cedera dan rasa sakit.

Stres kronis dapat menyebabkan otot-otot dalam tubuh tetap dalam kondisi waspada yang hampir konstan.

Pada kondisi stres kronis, otot-otot dalam sistem pernapasan dapat mengalami tegangan yang menyebabkan peningkatan laju pernapasan.

Akibatnya, stres dan emosi yang kuat dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan, seperti sesak napas dan napas cepat, karena saluran napas antara hidung dan paru-paru menyempit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: