Persoalan Menahun di Mahulu: Akses Jalan Sulit, Infrastruktur Harga Mati

“Kondisi ini membuat masyarakat kesulitan, terutama di dua kecamatan di ulu riam,” ujar Devung Paran saat diwawancara NOMORSATUKALTIM, Kamis 7 Agustus 2025.

Setiap tahun, kata Devung Paran, masyarakat di wilayah perbatasan selalu menghadapi kondisi yang sulit ini.

Mayoritas mata pencaharian penduduk di wilayah perbatasan adalah petani yang penghasilannya tidak menentu.

Di tengah keterbatasan yang ada, mereka terpaksa bertahan hidup meski dihadapkan dengan harga bahan pokok yang terus melambung tinggi.

Mau bagaimana lagi. Akses satu-satunya hanya bisa ditempuh lewat jalur Sungai Mahakam.

BACA JUGA:Lapangan Sudah Dibersihkan, Helikopter Pengantar Sembako ke Long Apari Tak Kunjung Datang

Tak jarang, masyarakat setempat beranggapan bahwa mereka sedang dianaktirikan dari perencanaan pembangunan.

Karena setiap tahun selalu dihadapkan pada persoalan klasik yang sama.

Bantuan pangan yang disalurkan pemerintah setiap tahun dinilai bukan menjadi solusi yang tepat untuk menghadapi kondisi tersebut.

“Ini sangat mirip dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, masyarakat makin tertekan. Harga bahan pokok mahal. Pada saat musim kemarau pasti terjadi kelangkaan,” katanya.

BACA JUGA:Tanggapi Krisis Pangan di Long Apari Mahulu, Ekti Imanuel: Sebentar Lagi Bantuan Segera Dikirim

Dia menegaskan,bahwa salah satu solusi konkret mengatasi kesulitan di wilayah perbatasan yakni dengan pembangunan akses jalan darat yang betul-betul memadai, dan tidak setengah-setengah.

Mulai dari Tering (Kutai Barat) sampai menyentuh seluruh wilayah Kecamatan Long Apari.

Sebagai anggota DPRD Mahulu dari wilayah perbatasan, Devung Paran mengaku telah lama menyuarakan kesulitan yang ada. Baik ke provinsi maupun ke pemerintah pusat melalui Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN).

Dia berharap, aspirasi masyarakat perbatasan yang telah disuarakan selama ini dapat dijadikan prioritas di semua jenjang pemerintahan, dalam perencanaan pembangunan daerah.

Sumber: