Permintaan Kopi Lokal Berau Meningkat, Namun Produksi Masih Terbatas

Lita mengatakan pihaknya siap memberikan pendampingan dan fasilitasi, terutama melalui kelompok tani.

“Kita menjaring petani yang berminat menanam kopi. Sekecil apa pun, kami siap memfasilitasi, misalnya bantuan bibit atau pembinaan,” ucapnya.

BACA JUGA:Tegakkan Aturan ODOL di Berau, Pengawasan Kendaraan Angkutan Barang Diperketat

Namun mekanisme bantuan seperti bibit, pupuk, dan fasilitas pendukung hanya dapat diberikan kepada kelompok tani, bukan perorangan.

“Pendekatan kami adalah kelompok. Kalau tidak kelompok, kami tidak bisa membantu melalui fasilitas stimulan. Bagi yang sudah punya kelompok dapat mengajukan proposal bantuan melalui bupati,” tegasnya.

Menurut Lita, perkembangan kopi di Berau saat ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat di hilir ketimbang hulu.

Belajar dari komoditas kakao, ia menyebut kondisi tersebut dapat menjadi peluang sekaligus tantangan.

“Hilirnya sudah jalan, banyak yang mau. Tapi hulunya sedikit yang mau menghasilkan. Makanya terjadi rebutan,” katanya.

Meski permintaan lokal meningkat, Lita menegaskan produksi kopi Berau masih jauh untuk dapat bersaing di tingkat ekspor.

BACA JUGA:Sambut Wisatawan saat Nataru, Pemkab Berau Fokus Percantik Wajah Kota

Daerah penghasil besar seperti Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Timur telah lama menjadi kontributor utama kopi nasional, sementara Berau baru memulai pengembangan serius dalam lima tahun terakhir.

“Produksi kita masih kecil. Kalau dibandingkan daerah penghasil besar, kita masih jauh,” ujarnya.

Kendati demikian, ia menilai bahwa pengembangan kopi di Berau belum terlambat.

Dengan bertambahnya petani baru, penguatan kelompok tani, serta dukungan fasilitas, ia optimistis produksi kopi lokal terutama Liberika akan meningkat secara bertahap dan mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam beberapa tahun ke depan.

Sumber: