Disdikbud Samarinda Pastikan SPMB 2025/2026 Lancar Tanpa Kursi Titipan
Ilustrasi proses SPMB 2025. -istimewa-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda memastikan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun ajaran 2025/2026 berjalan ketat dan transparan di Samarinda.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda, Asli Nuryadin, menyatakan bahwa sistem PPDB tahun ini sepenuhnya telah sesuai aturan sebagaimana mestinya.
"Iya, jadi memang on the track, sesuai aturan, tidak ada titip menitip" Ucap Asli Nuryadin, Senin 30 Juni 2025.
Asli menjelaskan, demi memastikan penerimaan siswa pada setiap sekolah merata sesuai kapasitasnya, dibuatlah sistem aplikasi PPDB yang telah terkoneksi dan dikunci ketat dari pusat.
BACA JUGA: DPRD Samarinda Minta Pemerintah Benahi Pelaksanaan SPMB
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Bentuk Satgas Pengawasan SPMB, Wali Kota Persilakan DPRD Terlibat
Jika melebihi kapasitas yang telah ditentukan, maka sistem akan mendeteksi kelebihan jumlah itu dari kuota awal yang dinilai sebagai siswa siluman. Sistem ini, kata Asli, bahkan terbentuk sebelum Wali Kota Samarinda membentuk tim pengawasan.
Praktik jual-beli kursi, atau istilah lainnya, siswa titipan, pun diawasi dengan ketat oleh tim khusus (Timsus) yang dibentuk Wali Kota Samarinda, Andi Harun. Hal ini dalam rangka penerapan susulan dari sistem digital terpusat, yang serba terkontrol.
"Jadi sebenarnya sebelum Pak Wali menerapkan aturan itu, membuat tim pengawasan SPMB, memang di Jakarta sudah ngunci (membatasi) kuotanya. Jadi di aplikasi itu, kalau kota kita misalnya satu sekolah itu 90 orang dia menerima. Ya 90 itu saja. Kalau tambah satu, satunya dianggap siswa siluman," jelas Asli.
Dia menilai, tidak menutup kemungkinan jika masih terjadi adanya penambahan siswa di luar kuota yang tercatat.
BACA JUGA: Disdik Berau Perketat Pengawasan SPMB 2025, Waspadai Praktik Murid Titipan
BACA JUGA: SPMB Tahun 2025 Dibatasi Kuota, Disdik Berau Optimis Sebaran Murid Merata
Pastinya, hal ini menjadi fenomena yang selalu ada di setiap tahunnya. Kendati demikian, Asli tetap berpendirian pada aturan yang telah ditetapkan.
"Jadi tidak boleh ya, Sehingga kita on the track. Kalau 90 ya tetap 90. Tapi siswa tambahan itu ada. Fenomena itu bukan di Samarinda saja yang mengalami, tapi semua daerah juga ada," bebernya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

