Banjir di Berau: Rumah Tergenang, Lebaran Tak Bisa Masak Ketupat

Banjir yang menggenangi permukiman warga di salah satu kampung di Berau.-istimewa-
BERAU, NOMORSATUKALTIM – Warga Berau yang terdampak banjir akibat cuaca ekstrem beberapa hari lalu, tetap dapat melaksanakan Shalat Idul Fitri dan merayakan Lebaran bersama keluarga.
Diketahui, musibah ini bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah. Pasalnya, hujan deras yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, menyebabkan banjir di sejumlah kampung di empat kecamatan di Kabupaten Berau.
Curah hujan yang cukup tinggi ini, terjadi sejak Selasa (24/3/2025) lalu, memicu luapan air di hulu Sungai Kelay sehingga menyebabkan banjir di sembilan kampung yang tersebar di empat kecamatan, yakni Teluk Bayur, Sambaliung, Kelay, dan Segah.
Kampung-kampung yang terdampak, meliputi Teluk Bayur (Tumbit Melayu dan Labanan Makarti), Sambaliung (Inaran, Bena Baru, Tumbit Dayak, Long Lanuk dan Pegat Bukur), Kelay (Merasa) dan Segah.
BACA JUGA: Banjir di Berau Tahun 2025 Ini Disebut Paling Parah, Bantuan Mulai Disalurkan
Banjir yang melanda sembilan desa ini berdampak pada ribuan warga karenab anjir yang menggenang lama surut.
Informasi terkini, ada 2.722 kepala keluarga yang terkena dampak banjir dan harus dievakuasi ke tenda-tenda pengungsian.
Banjir dengan rata-rata TΜΑ 100-300 centimeter ini diakibatkan oleh hujan deras secara terus menerus yang menyebabkan Sungai Sidung dan Sungai Segah meluap.
Tidak hanya rumah warga, banjir ini juga merendam sekolah-sekolah dasar negeri, puskesmas dan TK. Bahkan, dua lansia dikabarkan meninggal dunia.
BACA JUGA: Banjir Rendam Sejumlah Kampung di Berau, Dua Orang Meninggal Dunia
Mulyadi (47), warga Teluk Bayur mengatakan, meskipun salat Idulfitri masih dapat dilaksanakan, akses menuju rumah warga hampir terputus. Sejumlah ruas jalan tergenang air sehingga kendaraan sulit melintas.
"Warga yang ingin kembali ke rumah setelah salat Id terpaksa mencari jalur alternatif atau bertahan di tempat aman," kata Mulaydi, Selasa (1/4/2025).
Ia menyebut, Lebaran kali ini berbeda dari biasanya. "Kami masih bisa salat Id, tapi setelah itu mau pulang tidak bisa. Jalanan banjir, kita paksakan saja pakai motor, karena mau Lebaran ke rumah keluarga," ujarnya.
Azizah (22), warga Kampung Pegat Bukur, mengungkapkan kesedihannya tidak bisa merayakan Lebaran di kampungnya.
BACA JUGA: Pesan Idulfitri Gubernur Kaltim: Ajak Warga Berdonasi untuk Korban Banjir di Berau dan Kutim
"Biasanya kami masak ketupat, kumpul keluarga, tapi sekarang saya enggak bisa lebaran di sana. Saya sedih, listrik sama jaringan semua padam di sana," ungkapnya.
Misna (21) warga Kampung Inaran mengatakan, banjir kali ini yang terparah. "Iya baru ini. Baru tadi pagi mulai surut," katanya.
Banjir tersebut menyebabkan aktivitas warga di kampung tersebut lumpuh total. Apalagi, di momen Lebaran tahun ini, seperti tidak merayakan.
"Terganggu banget, tidak bisa ngapa-ngapain. Lebaran tahun ini pun kayak hari biasa saja karena warga pada panik, sebagian pada ngungsi di gunung," ujarnya.
BACA JUGA: Gelar Open House, Ini Pesan Wali Kota Andi Harun di Hari Idulfitri
Banjir yang terjadi di Kampung Inaran ini, terjadi kurang lebih satu minggu tepatnya sejak tanggal 26 hingga mulai surut pada tanggal 31 Maret 2025. "Semingguan, tadi malam mulai surutnya," imbuhnya.
Ana (28) warga Kampung Merasa menyebut, banjir ini terjadi menyeluruh, seperti di Long Beliu, merasa terdampak.
"Air sudah masuk lantai kami, karpet-karpet kami sampai timbul," bebernya. Selain itu, dia mengeluhkan tidak adanya bantuan dari pemerintah daerah.
Namun, hanya bantuan dari salah satu perusahaan yang berada dekat kampung tersebut.
BACA JUGA: Warna-warni Lebaran: Kisah Keluarga dan Tren Busana Idulfitri 1446 H
"Masa orang tidak kasih bantuan sama kami, yang dikasihkan bantuan itu cuma sama orang di hilir kampung kami, kayak Bena Baru, Tumbit, Pegat Bukur, mereka dapat bantuan. Ada sih dapat bantuan, itu pun dari salah satu PT, cuman itu aja. Itu pun cuman 10 dus Mie Instan, itu pun belum dibagikan sampai sekarang," ungkapnya.
Dirinya meminta kepada pemerintah daerah untuk memberikan perhatian kepada warga Kampung Merasa yang juga terdampak banjir.
"Semua orang kena terdampak banjir, masa pemerintah tidak lihat kami di sini. Banyak loh yang terdampak banjir di sini, hewan-hewan warga pada mati, padi orang hanyut yang sudah dipanen. Bahkan, ada warga yang hasil padinya 24 karung, tersisa hanya 2 karung yang didapat. Bayangkan itu, padahal besarnya hasil padinya orang itu kasihan," ucapnya.
BACA JUGA: Respons Cepat Musibah Banjir, PT Berau Coal Salurkan Bantuan Kemanusiaan
Tidak hanya itu, kendaraan warga juga terdampak, dan warung-warung warga ikut tenggelam yang berada di hilir.
"Padahal rumah kami tinggi dan tidak pernah kena banjir, baru kali ini kami kena banjir. Saat subuh dini hari air masuk dalam rumah, apa tidak kami kebeliangan. Derasnya arus itu, untung tidak korsleting listrik," bebernya.
Ana serta warga kampung Merasa berharap, supaya ada bantuan dari pemerintah daerah seperti di kampung-kampung lainnya.
"Masa kampung sebelah aja yang dapat, kami tidak dapat. Kan sama-sama kita kena dampak banjir," ujarnya.
BACA JUGA: Bupati Sri Juniarsih Geram, Oknum Kepala Kampung di Berau Terlibat Peredaran Narkoba
Mayoritas penduduk di Kampung Merasa merupakan umat Kristen, namun ada beberapa yang muslim.
Di sini, warga yang merayakan Idulfitri tetap melakukan aktivitas Lebaran seperti biasa."Biasa saja, karena kan sudah surut airnya," ujarnya.
Rumah-rumah warga di Kampung Merasa sudah tiga malam terendam banjir, sejak tanggal 28 hingga 31 Maret 2025. "Lebaran pertama tanggal 31 itu sudah mulai surut," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: