Bitcoin Belum Mampu kembali ke Harga Puncak Senilai US$ 108.000
Ilustrasi bitcoin-(istimewa)-
NOMORSATUKALTIM - Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan tajam hingga mencapai level US$ 92.000 pada Jumat (20/12/2024) pukul 20.10 WITA, sebelum akhirnya mengalami pemulihan dengan naik ke level US$ 96.000 pada Sabtu (21/12/2024) pukul 06.15 WIB.
Meski demikian, kenaikan tersebut belum mampu membawa harga Bitcoin kembali ke level psikologis US$ 100.000 yang menjadi perhatian utama investor.
Dalam beberapa hari terakhir, pergerakan harga Bitcoin menunjukkan volatilitas yang tinggi.
Sebelumnya, Bitcoin sempat mencapai puncak di level US$ 108.000.
Namun, tekanan di pasar membuat harga kembali melemah, bahkan turun ke bawah level US$ 100.000 per koin.
BACA JUGA : Ekonom Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Berpotensi Dorong Inflasi
Tren ini memunculkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar yang terus mencermati perkembangan terkini.
Menurut laporan dari Coindesk, sejumlah analis menghubungkan fluktuasi harga Bitcoin ini dengan nada hawkish yang muncul dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.
Kebijakan moneter yang disampaikan The Fed dinilai menjadi salah satu faktor yang memengaruhi sentimen investor terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Chief Operating Officer (COO) di bursa kripto BTSE, Jeff Mei menjelaskan bahwa keputusan The Fed untuk hanya merencanakan dua kali pemotongan suku bunga pada tahun depan memicu aksi jual di pasar.
Hal ini kemudian berdampak pada pelemahan harga Bitcoin.
BACA JUGA : Harga Emas Antam Hari Ini, Sabtu 21 Desember 2024 Naik Rp18 Ribu Jadi Rp1.533.000
“Rencana pemotongan suku bunga The Fed sebenarnya sudah diperkirakan dan diperhitungkan oleh pasar. Namun, sikap The Fed yang terkesan kurang optimistis mengenai prospek ekonomi membuat investor kecewa,” ujar Mei.
Ia juga menyoroti perlunya kehati-hatian hingga inflasi dapat terkendali dan kebijakan ekonomi yang lebih jelas diterapkan pada tahun mendatang.
Menurutnya, meskipun ada tantangan dalam jangka pendek, potensi pertumbuhan pasar kripto dalam jangka panjang masih sangat besar.
“Dalam jangka menengah hingga panjang, kebijakan stimulus moneter dan fiskal yang diterapkan di Amerika Serikat dan negara-negara lain akan meningkatkan likuiditas global. Pada akhirnya, ini akan menjadi pendorong bagi pasar kripto. Bitcoin, khususnya, akan semakin dianggap sebagai aset aman yang serupa dengan emas,” tambahnya.
BACA JUGA : Geliat Bisnis Furnitur di Balikpapan, Manfaatkan Potensi Pertumbuhan Ekonomi
Mei juga mengamati bahwa kondisi pasar kripto saat ini mencerminkan kekhawatiran para investor terhadap kebijakan moneter global dan ketidakpastian inflasi.
Namun, ia tetap optimistis bahwa dengan adanya potensi stimulus ekonomi di masa mendatang, harga Bitcoin yang saat ini mengalami penurunan kemungkinan besar akan kembali mendapatkan momentum untuk bergerak naik.
Pandangan ini memberikan harapan kepada investor bahwa kripto masih memiliki prospek sebagai instrumen investasi yang menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: