Di Mahulu, Tradisi Makan Sirih Kerap Dijadikan Media Pembuka Obrolan
Tradisi Makan Sirih di Mahulu, Kaltim (Ist/NOMORSATUKALTIM).--
MAHAKAM ULU, NOMORSATUKALTIM - Tradisi makan daun sirih hingga kini masih ditemukan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu).
Warga setempat sudah terbiasa makan sirih atau nyipa pada saat bertamu ataupun membuka obrolan saat bertamu.
Tokoh adat Dayak Kayan di Desa Laham, Yuliana Angin Dasa menjelaskan, tradisi bersirih biasa digunakan sebagai alat komunikasi antar sesama.
Selain itu, kata dia, bersirih juga dianggap sebagai media sambung rasa.
BACA JUGA : Akses Sulit Membuat PLN Berkelit, Sebagian Warga Mahulu Nikmati Listrik dari Genset
Bahkan bersirih juga terkadang dianggap sebagai pengganti minuman atau makanan, terutama saat bertamu ke rumah keluarga ataupun tetangga.
Para penyirih tidak hanya dilakukan oleh wanita, tapi juga dilakukan oleh laki-laki.
Baik yang tua maupun yang muda.
"Misalnya ada orang bertamu ke rumah kita kemudian kita tidak punya kopi atau gula, atau bahkan makanan. Maka sirih dan pinang inilah kita suguhkan sebagai pengantar komunikasi kita," jelasnya, Jumat (12/7/2024).
Tidak hanya daun sirih yang dimakan, tapi juga beberapa bahan lainnya, seperti buah pinang muda ataupun tua, kapur sirih yang dibuat dari cangkang kerang sungai, daun gambir, serta tembakau atau sugi.
BACA JUGA : Uji Coba Budidaya Tambak Ikan Nila Salin di Balikpapan, Pemprov Kaltim Gandeng Para Pemilik Lahan
Untuk tempat penyimpanan komponen bersirih ini, orang Dayak Mahulu biasa menyimpannya di dalam sebuah wadah berbentuk keranjang kecil yang biasa disebut kiran atau kaban. Wadah itu terbuat dari rotan.
Sehingga, ketika ada seseorang yang bertamu ke salah satu rumah maka kiran atau barang itu lah yang disuguhkan kepada tamu sebagai pembuka obrolan.
Terutama tamu sesama warga Mahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: