Pramuka di Persimpangan Jalan: Fleksibilitas Kurikulum Vs Kehilangan Nilai-Nilai Tradisional
Dosen Universitas Mulawarman, Desy Rusmawaty-(Dok. Pribadi)-
Jika status pramuka tidak lagi diperlukan, mungkin lebih sulit bagi siswa untuk mengambil bagian dalam kegiatan luar ruangan yang memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan berharga.
Pramuka juga berfungsi sebagai media yang efektif untuk menumbuhkan rasa ikatan dan solidaritas di antara siswa. Jika pramuka tidak lagi diperlukan, mungkin lebih sulit bagi siswa untuk belajar keterampilan sosial dan emosional yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan kelompok yang beragam mengajarkan siswa untuk bekerja sama, mengatasi konflik, dan merasakan kebahagiaan dari pencapaian bersama.
Pramuka adalah bagian integral dari budaya Indonesia. Pramuka sejak lama telah menjadi representasi dari semangat kerja sama, keberanian, dan kejujuran. Seseorang dapat menganggap kehilangan status wajibnya sebagai pengurangan penghargaan terhadap nilai-nilai konvensional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebijakan yang menghapus pramuka wajib sebagai ekstrakurikuler di sekolah memiliki pro dan kontra. Namun, dampak jangka panjangnya terhadap pembentukan karakter dan pengembangan potensi siswa sangat penting.
Meskipun fleksibilitas kurikulum sangat penting, pramuka harus diperhatikan. Sebagai masyarakat, kita harus menemukan cara untuk menyeimbangkan inovasi pendidikan dengan pelestarian nilai-nilai tradisional yang penting bagi identitas bangsa kita.
Dalam menghadapi pencabutan status Pramuka sebagai ekskul wajib, pihak sekolah, guru, dan pembina ekskul memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa manfaat dari kegiatan Pramuka tetap tersedia bagi siswa.
Langkah-langkah yang bisa diambil termasuk peningkatan promosi dan rekrutmen kegiatan Pramuka secara sukarela.
Sekolah dan guru dapat meningkatkan kesadaran akan manfaat Pramuka melalui penyuluhan dan kampanye promosi yang aktif.
Dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai dan manfaat dari kegiatan Pramuka, sekolah dan guru dapat meningkatkan minat siswa untuk tetap terlibat dalam kegiatan tersebut meskipun tidak lagi menjadi ekskul wajib.
Selanjutnya, guru dan pembina ekskul dapat bekerja sama untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pramuka ke dalam kurikulum reguler. Mereka dapat merancang kegiatan kelas atau proyek-proyek yang mempromosikan kepemimpinan, kemandirian, dan kerjasama, sejalan dengan tujuan Pramuka.
Baca Juga:
Ramai Isu Ekstrakurikuler Pramuka Dihapus, Kemendikbudristek Beri Klarifikasi
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pramuka ke dalam kurikulum, guru dapat memastikan bahwa pesan-pesan penting yang diajarkan oleh Pramuka tetap disampaikan kepada siswa meskipun tidak lagi menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler resmi.
Selain itu, sekolah juga dapat mengembangkan program ekstrakurikuler alternatif yang tetap menawarkan pengalaman belajar yang holistik seperti Pramuka. Misalnya, mereka bisa menyelenggarakan kegiatan hiking, pelayanan masyarakat, atau klub lingkungan yang fokus pada pembelajaran di alam terbuka dan pembentukan karakter.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
