Bankaltimtara

#MediaTempoPengkhianatBangsa: Perang Framing di Era Digital

#MediaTempoPengkhianatBangsa: Perang Framing di Era Digital

Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman, Rina Juwita.-(Foto/Dok. Pribadi)-

ADA masa ketika berita adalah berita, opini adalah opini, dan rumor tetaplah rumor. Tapi masa itu tampaknya sudah lewat. 

Sekarang, berita bisa dibingkai seperti opini. Opini bisa dikemas seperti kebenaran. 

Dan rumor? Terkadang lebih dipercaya daripada fakta. 

Semua itu menjadi latar ketika tagar #MediaTempoPengkhianatBangsa membanjiri dunia digital beberapa hari ini.

Saya menyimak gaduhnya bukan dari ruang redaksi, melainkan dari sudut pandang seorang akademisi komunikasi. 

Tidak buru-buru menilai. Lebih memilih bertanya: apa yang sebenarnya sedang terjadi? 

BACA JUGA: Politik Komunikasi: Saat Diplomasi Butuh Narasi

Karena dalam setiap kegaduhan massal, selalu ada dua medan perang: yang terlihat di permukaan, dan yang bergerak di balik kata-kata.

Yang di permukaan, sederhana. Ada ketidakpuasan terhadap laporan Tempo. Ada pembingkaian bahwa Tempo tidak nasionalis. Ada ledakan emosi yang segera dikapitalisasi dalam satu tagar: #MediaTempoPengkhianatBangsa. 

Dan dalam hitungan jam, narasi itu bergulir lebih cepat daripada klarifikasi mana pun.

Tapi yang bergerak di balik layar jauh lebih menarik. Ini bukan sekadar soal setuju atau tidak dengan satu berita. 

Ini soal bagaimana framing dibangun, dikunci, dan dikirimkan ke khalayak dalam tempo singkat. 

Ini soal bagaimana emosi dikemas menjadi persepsi. Dan bagaimana persepsi dijadikan kebenaran baru yang seolah otomatis.

BACA JUGA: Mini Ensiklopedia Masyarakat Adat Balik: Merawat Ingatan yang Akan Musnah

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: