Bankaltimtara

#MediaTempoPengkhianatBangsa: Perang Framing di Era Digital

#MediaTempoPengkhianatBangsa: Perang Framing di Era Digital

Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman, Rina Juwita.-(Foto/Dok. Pribadi)-

Ini membuat saya bertanya-tanya, apakah kita sebagai publik sebenarnya masih punya ruang untuk berpikir? 

Atau sekarang kita hanya bereaksi? Hanya memilih: like atau dislike? Retweet atau skip? Berteriak atau diam?

Dulu, dalam diskusi teori komunikasi, kita diajarkan bahwa publik itu rasional. Bahwa ada arena deliberasi di mana argumen bertemu argumen. 

Tapi di zaman sekarang, arena itu lebih mirip arena adu sorak. Yang keras menang. Yang cepat menang. Yang sabar berpikir? Tertinggal.

Saya ingat satu ajaran Marshall McLuhan: “The medium is the message.” Tapi di era ini, medium bukan lagi sekadar pesan. 

BACA JUGA: Makan Siang Satu Anak, Keluarga Kelaparan: Ironi Pemangkasan Anggaran

Medium adalah arena pertempuran. Dan siapa yang paling cepat menguasai framing di medium itu, dialah yang menulis sejarah kecil dalam pikiran orang banyak.

Kalau framing adalah senjata, maka tagar adalah pelurunya. Dan dalam kasus #MediaTempoPengkhianatBangsa, kita bisa melihat bagaimana peluru itu ditembakkan bertubi-tubi. 

Tidak peduli apakah senjata itu diarahkan ke sumber masalah, atau hanya ke bayang-bayangnya.

Ini membuat saya prihatin. Karena dalam negara yang sehat, media seharusnya menjadi ruang koreksi, bukan hanya corong dukungan. 

Dan kritik seharusnya dijawab dengan argumen, bukan dengan label. 

Kalau semua media yang mengkritik langsung dicap “pengkhianat bangsa”, maka cepat atau lambat, kita akan hidup dalam dunia di mana hanya ada dua pilihan: memuji atau disingkirkan.

BACA JUGA: Relevansi Kurikulum Merdeka Dorong Lahirnya Wirausaha Gen Z

Saya membayangkan, jika semua tagar semacam ini dijadikan rujukan nasionalisme, maka siapa saja yang tidak setuju dengan narasi arus utama akan dianggap pengkhianat. 

Apakah itu demokrasi? Apakah itu cinta bangsa? Atau justru ketakutan kolektif yang dibungkus dalam nama patriotisme?

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: