Rupiah Diprediksi Melemah Pekan Depan, Rentang Rp16.310–Rp16.360 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dollar dinilai melemah-istimewa-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan melanjutkan tren pelemahan pada awal pekan depan, Senin 28 Juli 2025.
Meski berpotensi bergerak fluktuatif, rupiah diperkirakan ditutup melemah di rentang Rp16.310 hingga Rp16.360 per dolar AS, seiring tekanan dari berbagai faktor eksternal dan domestik.
Mengacu pada data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan akhir pekan ini, Jumat 25 Juli 2025, dengan koreksi sebesar 0,15 persen ke posisi Rp16.320 per dolar AS.
Di saat yang sama, indeks dolar AS justru menguat 0,18 persen ke level 97,55, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven.
BACA JUGA : Harga Emas Antam Turun 3 Hari Berturut-turut, Emas Global Juga Loyo
Dikutip dari berbagai sumber, pengamat valas dari PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah banyak dipengaruhi oleh kondisi eksternal.
Salah satunya adalah kabar kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang, di mana tarif impor barang dari Jepang ke AS diturunkan dari 25% menjadi 15%.
"Kesepakatan ini memperkuat keyakinan pasar bahwa negara-negara lain, seperti Korea Selatan dan negara-negara Eropa, juga bisa menyusul dengan perjanjian dagang yang lebih menguntungkan sebelum batas waktu tertentu," ujar Ibrahim.
Di sisi lain, ketegangan politik dalam negeri AS turut memengaruhi pergerakan pasar.
BACA JUGA : Dunia Usaha 'Galau', Apindo Kaltim Gelar Rakerkonprov
Hubungan antara The Federal Reserve (The Fed) dan Donald Trump kembali menjadi sorotan, setelah Trump secara terbuka mengkritik proyek renovasi kantor pusat bank sentral AS yang telah lama direncanakan.
Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran pasar atas ancaman terhadap independensi The Fed, yang pada akhirnya mendorong investor global beralih ke dolar AS.
Selain itu, ketidakstabilan geopolitik di beberapa kawasan seperti Eropa Timur dan Laut Cina Selatan juga menambah tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Dari sisi dalam negeri, pemerintah Indonesia masih menyuarakan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
