Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong: Eka Kurniawan Kembali Tampilkan Kritik Lewat Novel Terbaru
Sesi bedah buku Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong karya Eka Kurniawan.-salsabila/disway-
Kadang ia begitu intim dengan dirinya, sehingga cerita ini menjadi cerita tentang aku, namun di lain waktu ia tercerabut, dan cerita ini menjadi kisah tentang Sato Reang."
Berbeda dari karya-karya Eka sebelumnya yang banyak menampilkan kekerasan fisik, dalam novel ini kekerasan psikologis menjadi fokus utama.
Ayah Sato digambarkan sebagai figur otoriter yang menekan anaknya secara emosional dan mental.
Kritik sosial terhadap pola pendidikan agama dalam keluarga menjadi salah satu isu sentral yang dibahas dalam diskusi.
Eka mengakui atas kekhawatirannya tentang pola pengajaran agama yang otoriter, yang sering kali diwariskan turun-temurun tanpa ruang bagi anak-anak untuk berpikir kritis.
"Saya menulis novel ini dengan pertanyaan yang sering menggelitik. Apakah kita beragama karena tercerahkan, karena ada sesuatu yang lebih besar dari kita, atau karena takut akan kehidupan setelah mati?" tanyanya sambil merenung.
BACA JUGA:Tepis Isu Pekerjakan TKA Pakai Visa Wisata, Tiga Perusahaan Tambang di Kubar Beri Klarifikasi
Tak hanya itu, ia menyentil realitas sosial di Indonesia. Di mana keberagamaan sering menjadi label yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Bahkan dalam urusan administratif seperti pembuatan KTP.
"Bahkan dalam urusan beragama di Indonesia, jika saya tidak beragama, sulit untuk membuat KTP," ucapnya sambil tertawa.
Novel ini tidak hanya menceritakan kehidupan Sato, tetapi juga menjadi ruang untuk merefleksikan relasi antara agama, keluarga dan identitas diri.
Eka mengaku dalam menulis novel ini adalah bagian dari upayanya berbagi keresahan yang ia rasakan tentang kekerasan yang terus berulang dalam sejarah Indonesia. Katanya, jangan cuma dirinya saja yang memikirkan ini.
Ia pun berharap agar pembaca dapat merasakan empati serta merenungkan kondisi sosial yang ada di Indonesia melalui karyanya.
Lewat Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong, Eka tidak hanya menyajikan cerita, tetapi juga mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang isu keberagamaan, kekerasan psikologis, dan kritik sosial yang ada di masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

