Bankaltimtara

Investigasi Jembatan Mahakam, Pengamat Teknik Unmul Usulkan Langkah-Langkah Ini

Investigasi Jembatan Mahakam, Pengamat Teknik Unmul Usulkan Langkah-Langkah Ini

Pengamat Teknik Unmul Samarinda, Thamrin-Disway/ Mayang-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM- Pengamat teknik sekaligus Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman menyoroti langkah yang mesti dilakukan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur, guna mengantisipasi terjadinya tabrakan berulang pada Jembatan Mahakam Kota I.

Insiden tongkang Indosukses 28 menabrak fender atau bangunan pelindung pilar Jembatan Mahakam pada, Minggu (16/2/2025) lalu itu mengakibatkan kerusakan dan menenggelamkan dua fender jembatan.

Bahkan, Jembatan Mahakam I yang bergetar sempat membuat kepanikan di tengah pengendara yang melintas di atas jembatan.

Pengamat dari Fakultas Teknik Unmul, Thamrin, memberikan beberapa catatan mengenai bidang konstruksi bangunannya selain pemasangan pelampung penanda di sisi Sungai Mahakam.

BACA JUGA: BPPJN Perlu Waktu 2 Minggu untuk Investigasi Kondisi Jembatan Mahakam I

BACA JUGA: Tim Investigasi Jembatan Mahakam Diturunkan, PT Pelayaran Mitra Kaltim Samudera Siap Bertanggungjawab

"Apa yang dilakukan BBPJN itu sudah benar, dengan melakukan perbaikan abutment. Namun, harus diteliti lebih jauh karena yang bahaya sebenarnya adalah kalau terjadi keretakan dalam abutment ini," ungkap Tamrin, Rabu(26/2/2025).

Tamrin mengatakan, retakan pada material abutment yang terbuat dari beton itu hanya terlihat secara kasat mata. Namun, perlu mewaspadai bagian dalam pilar tersebut.

"Yang terlihat kasat mata kan ada (retakan), tapi kita tidak tahu ini, di bagian dalamnya. Tentu itu perlu forensik, agar kita mengetahui apakah kondisinya memang benar-benar baik atau masih sama seperti dulu. Sehingga bagian luarnya saja yang perlu diperkuat," jelasnya.

Sekedar informasi, abutment jembatan adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar-pilar jembatan.

BACA JUGA: Warga Samarinda, Begini Rekayasa Lalu Lintas Saat Jembatan Mahakam Ditutup

BACA JUGA: Selama Investigasi Jembatan Mahakam, Lalu Lintas Dialihkan ke Jembatan Mahkota dan Jembatan Mahulu

Struktur inilah yang menopang jembatan di kedua ujungnya, baik secara horizontal maupun vertikal. Abutment berfungsi untuk menyalurkan beban jembatan ke tanah.

Ia juga berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup, yang mencakup angin, kendaraan, dan lain-lain. Serta beban mati yang statis dan permanen pada jembatan.

Selain konstruksi, menurut Tamrin, penjagaan di bawah perlintasan Jembatan Mahakam I perlu untuk diperketat.

Selain bermanfaat memberikan warning atau peringatan awal pada setiap kapal yang akan melintas, kehadiran seorang pemandu kapal bertugas memastikan keamanan kapal dan muatannya.

BACA JUGA: BBPJN-DPRD Kaltim Sepakat Jembatan Mahakam Ditutup Sementara Selama Investigasi

Hal inilah yang menjadi penentu bagi keamanan dan keselamatan kapal serta Jembatan.

"Harusnya ada orang yang mengatur lalin di bawah jembatan. Harus ada pandu sungai yg mengatur kapal yang akan menyeberang dari hulu ke hilir. Fungsi pandu tersebut yang mengarahkan dan memberikan peringatan terlebih dahulu. Apakah boleh menyeberang atau tidak," ujar Guru Besar Teknik Unmul itu.

Begitupun dengan nakhoda kapal, Tamrin menilai, nakhoda kapal yang mengemudikan kapal harus taat pada arahan pandu kapal.

"Biasanya, semua kapal yang melintasi sungai itu terjadwal. Mestinya harus terkontrol, apakah dia akan bersandar atau menyeberang, harus ada pandunya. Nakhoda kapal harus tunduk terhadap aturan pandu. Ini aturan yang harus dihidupkan," bebernya.

BACA JUGA: Fakta Baru Temuan BBPJN Kaltim! Pasca Tabrakan Tongkang ke Jembatan Mahakam

Kemudian, Tamrin menilai, yang menjadi permasalahan tidak hanya pada berat muatannya saja.

Dia menjelaskan, tongkang itu tidak overload, melainkan tinggi pada beban muatan yang berlebihan sehingga menyentuh pangkal jembatan di atas muatannya.

"Ini bukan cuma beratnya saja. Kapal itu dia tidak overload, tetapi over ketinggian pada beban muatan. Sehingga inilah yang menjadi faktor yang menyebabkan tersangkut pada jembatan saat air pasang," kata dia.

"Nah, pada saat itu sebenarnya harus ada early warning system yang harus dipasang di pinggir jembatan. Teknologi itu sudah diciptakan Unmul sebenarnya," sambung Tamrin.

BACA JUGA: Fakta-Fakta Jembatan Mahakam Samarinda yang ‘Rutin’ Ditabrak Tongkang

Tamrin menjelaskan, teknologi Early Warning System yang bisa mengirimkan informasi elevasi air muka di daerah itu akan lebih cepat dan efisien pada saat kapal akan melintas.

"Jadi alat itu akan memberikan informasi tinggi muka air real ke komputer, tidak perlu lagi datang ke sungai mengecek langsung," terangnya.

Tamrin menyayangkan infrastruktur nasional seperti Jembatan Mahakam I, belum dilengkapi dengan adanya teknologi canggih seperti alat pendeteksi peringatan Tinggi Muka Air (TMA).

Dikatakan Tamrin, soal beroperasinya suatu kapal terbagi pada dua aspek. Pertama, dari sistem pelayarannya di perairan. Kedua, keselamatan kerja di jalur darat.

BACA JUGA: KSOP Selidiki Dugaan Kesalahan Prosedur Pengolongan Tongkang Tabrak Jembatan Mahakam

Dari kedua aspek ini, terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi operasional, yakni, perusahaan pemilik kapal. Lalu, tata tertib pelabuhan. Kemudian, KSOP sebagai pemberi izin kapal untuk berlayar.

Idealnya, kata dia, suatu muatan kapal tidak boleh melebihi kapasitas daya tampungnya. Sama seperti aturan kendaraan di atas jembatan yang tidak melebihi bobot 8 ton.

Mengenai hal itu, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Adapun, ukuran tongkang lebih kecil dan bervariatif dari kapal kargo lainnya. Kapal ini memiliki panjang 30-60 meter dan lebar 6-12 meter.

BACA JUGA: Jembatan Mahakam Ditabrak Tongkang Bermuatan Kayu, Sempat Goyang Membuat Pengendara Panik

Muatan kapal tongkang ini tergantung pada ukuran kapal dan jenis kargo yang diangkut.

Biasanya tongkang dapat membawa muatan 2.000-5.000 ton. Kapal tongkang yang berukuran besar, yaitu sekitar 300 feat, kapasitasnya lebih besar lagi dan dapat mengangkut muatan hingga 10.000 ton.

"Sudah disampaikan tidak boleh melebihi kapasitas tonase yang boleh dimuat oleh tongkang ini. Bukan hanya permasalahan itu saja yang dilihat, tetapi juga melihat berapa tinggi muatan yang akan melintas di atas muatan itu," bebernya.

"Sehingga pada saat akan melewati jembatan itu juga harus dihitung. Karena kita juga harus memperhitungkan jangan sampai lewat saat terjadi air pasang. Kalau surut, gak ada masalah," sambung Tamrin.

BACA JUGA: Filter BBM Pengendara Mobil di Balikpapan Rusak Diduga Oplosan Pertamax, Begini Jawaban Pertamina

Kemudian, dari jalur darat. BBPJN Kaltim menginformasikan bahwa terdapat pergeseran Expansion Joint atau sambungan jembatan.

Sambungan jembatan ini berperan penting, karena struktur bagian atas jembatan akan bekerja mengikuti jembatan secara horizontal ketika dilintasi oleh kendaraan.

Sambungan ini juga dapat memberikan ruang gerak pada elastomer jembatan. "Berarti bantalan girder-nya itu bermasalah. Terjadinya pergeseran itu tadi bisa jadi pada elastomernya juga," imbuhnya.

Tamrin menekankan pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus terjamin 100 persen, dan diprioritaskan. Mengingat, sedikit faktor kelalaian manusia dapat membuat celaka orang banyak.

BACA JUGA: Akses Jalan Selerong-Teratak Ditutup, Polisi Mediasi Pemilik Lahan dan Pemerintah

"Itu banyak yang harus diteliti, untuk sementara turunkan dulu beban yang akan melewati atau dibatasi supaya menjaga keselamatan orang-orang yang akan lewat di jembatan ini," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait