Dilema Sektor Wisata dengan Lingkungan, Dispar Kaltim Tekankan Pariwisata 2025 Harus Berkelanjutan

Dilema Sektor Wisata dengan Lingkungan, Dispar Kaltim Tekankan Pariwisata 2025 Harus Berkelanjutan

Kepala Dispar Kaltim, Ririn Sari Dewi dalam kegiatan bincang-bincang Pariwisata dengan tema "Optimalisasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif".-Salsabila/Disway-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim) terus berupaya menjaga keselamatan lingkungan pada sektor pariwisata.

Sejak lama, Pulau Kakaban sudah menjadi destinasi wisata unggulan yang dapat memanjakan mata dengan menampilkan panorama alamnya.

Tak hanya itu, Pulau Kakaban juga merupakan kawasan konservasi dengan empat jenis ubur-ubur tanpa sengat. Mulai dari Ubur-ubur Emas, Ubur-ubur Terbalik, Ubur-ubur Bulan, dan Ubur-ubur Kotak Kaki-tiga.

Kendati demikian, keempat jenis Ubur-ubur yang menghilang ketempat lain membuat wisata akhirnya ditutup dari seluruh aktivitas pengunjung.

BACA JUGA:Ombudsman RI Sarankan Ini Demi Meningkatkan Kualitas Pelayanan PPDB 2025

Hal itu menjadi sebuah dilema bagi pemerintah. Sebab banyaknya pengunjung yang ingin datang ke tempat ini dapat menaikkan sektor wisata dan pendapatan asli daerah (PAD). Di sisi lain, menyebabkan kerusakan pada lingkungan di sekitar tempat wisata tersebut.

Kepala Dispar Kaltim, Ririn Sari Dewi menyampaikan, upaya menjaga lingkungan pada sektor wisata selalu dibahas.

"Saat pra rakornas beberapa waktu lalu, kita diberi arahan untuk menerapkan pariwisata berkelanjutan di Kaltim pada 2025 nanti," ungkap perempuan yang akrab disapa Ririn itu, pada Jumat (13/12/2024) sore.

BACA JUGA:Pembangunan Jalan Bypass Pasar Sepaku Capai Progres Signifikan sebagai Akses ke IKN

Dalam kegiatan bincang-bincang Pariwisata dengan tema "Optimalisasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif". Ririn menjelaskan, arahan dalam Pra Rakornas baru-baru ini mengharuskan Kaltim untuk mempersiapkan pariwisata berkelanjutan yang akan diterapkan pada 2025.

"Kaltim memiliki potensi alam yang luar biasa. Hampir 600 destinasi wisata baru, baik itu ekowisata maupun wisata buatan yang muncul setiap bulan," sebutnya dihadapan awak media.

Bagi Ririn, ekowisata dan budaya daerah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menarik lebih banyak wisatawan. Bahkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Meski demikian, Ririn menyadari terdapat sejumlah tantangan, seperti infrastruktur yang belum memadai, terbatasnya pendanaan, dan isu lingkungan yang kian mendesak.

BACA JUGA:Ombudsman Kaltim : Kualitas Layanan Belum di Kondisi Terbaik

"Kita masih ingat masalah hilangnya ubur-ubur di Kakaban. Diduga akibatnya penggunaan tabir surya oleh pengunjung, itu juga yang menjadi pelajaran penting bagi kita," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: