Gerakan Boikot Coca Cola dan Pepsi, Negara Timur Tengah Produksi Minuman Soda Sendiri

Gerakan Boikot Coca Cola dan Pepsi, Negara Timur Tengah Produksi Minuman Soda Sendiri

Seorang pemilik supermarket Mesir menunjukkan botol-botol merek minuman lokal Mesir, Spiro Spathis dan Diva Masr, di tokonya, di Kairo, 1 September 2024. -REUTERS-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Coca Cola dan Pepsi telah menghabiskan ratusan juta dolar selama beberapa dekade untuk membangun permintaan akan minuman ringan mereka di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Mesir dan Pakistan.

Kini, kedua merek tersebut menghadapi tantangan dari minuman soda lokal karena aksi boikot pada saat perang di Gaza. Di Mesir, penjualan Coke telah merosot tajam tahun ini. Sementara merek lokal V7 mengekspor tiga kali lebih banyak botol cola di Timur Tengah dan wilayah yang lebih luas dibandingkan tahun lalu.

Di Bangladesh, sebuah protes memaksa Coca-Cola untuk membatalkan kampanye iklan yang menentang boikot tersebut. Dan di seluruh Timur Tengah, pertumbuhan pesat Pepsi menguap setelah perang Gaza dimulai pada bulan Oktober.

BACA JUGA:MUI Serukan Gerakan Boikot Produk Israel saat Ramadhan 1445 Hijriah

BACA JUGA:Kurma Asal Israel Masuk Daftar Wajib Boikot Jelang Ramadhan 1445 H, Berikut Merk-merknya!

Eksekutif perusahaan Pakistan, Sunbal Hassan, tidak memasukkan Coke dan Pepsi ke dalam menu pernikahannya di Karachi pada bulan April. Ia mengatakan bahwa ia tidak ingin uangnya masuk ke pundi-pundi pajak Amerika Serikat, sekutu setia Israel.

“Dengan boikot, kita bisa berperan dengan tidak menyumbang dana tersebut,” kata Hassan, dikutip reuters.

Sebagai gantinya, ia menyajikan minuman merek Pakistan, Cola Next, kepada para tamu pernikahannya.
Dia tidak sendirian. Para analis pasar mengatakan sulit untuk mengangkat angka penjualan Pepsi dan Coca Cola di beberapa negara di Timur Tengah.


Botol-botol minuman ringan MOJO, merek Bangladesh yang dimiliki oleh Akij Food & Beverage Ltd, terlihat di sebuah restoran di Dhaka, Bangladesh, 30 Agustus 2024. -REUTERS-

Merek-merek minuman Barat justru mengalami penurunan penjualan sebesar 7 persen pada semester pertama tahun ini. Di seluruh wilayah tersebut, demikian ungkap lembaga riset pasar NielsenIQ.

Di Pakistan, Krave Mart, sebuah aplikasi pesan antar terkemuka, telah melihat saingan cola lokal seperti Cola Next dan Pakola melonjak popularitasnya menjadi sekitar 12 persen dari kategori minuman ringan. Demikian ungkap pendirinya, Kassim Shroff, kepada Reuters. Sebelum boikot, angkanya mendekati 2,5 persen.

BACA JUGA:Bos McDonald Curhat, Gerakan Boikot Produk Israel Bikin Usahanya Lumpuh

Shroff mengatakan bahwa Pakola, yang merupakan minuman soda rasa es krim, merupakan sebagian besar pembelian sebelum boikot. Ia menolak untuk memberikan angka untuk penjualan Coca-Cola dan PepsiCo.

Dalam catatan sejarah, gerakan boikot oleh konsumen sudah ada sejak abad ke-18. Yaitu pada saat protes anti perbudakan gula di Inggris. Strategi ini digunakan pada abad ke-20 untuk melawan apartheid di Afrika Selatan dan telah digunakan secara luas untuk melawan Israel melalui gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: