Akademisi Unmul Kritik Uji Coba Taksi Terbang, Sebut Masih Banyak Rakyat Kaltim Kesulitan Air Bersih

Akademisi Unmul Kritik Uji Coba Taksi Terbang, Sebut Masih Banyak Rakyat Kaltim Kesulitan Air Bersih

Otorita IKN saat melaksanakan uji coba taksi terbang di Bandara APT Pranoto Samarinda, Kaltim (Istimewa/Nomorsatukaltim).--

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Uji coba prototype sky taxi (taksi terbang) di Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) mendapat kritikan dari Ekonom yang juga akademisi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Purwadi Purwoharsojo.

Menurut Purwadi, teknologi kendaraan sky taxi yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Research Institute (KARI) dan Hyundai Motors Company (HMC) itu justru membuat Indonesia terus-terusan bertumpu ke negara lain.

Padahal, kata Purwadi, Indonesia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang transportasi penerbangan yakni PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dan tentu memiliki insinyur yang kompeten dalam pengembangan transportasi di Tanah Air. 

Bukan justru menggunakan transportasi teknologi dari negara lain, apalagi untuk beroperasi di wilayah Ibu Kota Negara (IKN) yang selama ini digaungkan menjadi kota kebanggaan dunia.

BACA JUGA : Uji Coba Taksi Terbang IKN Berjalan Mulus, Mengudara 10 Menit di Bandara APT Pranoto

“Kita kan punya PT Dirgantara Indonesia, tapi justru tidak diberikan kesempatan untuk putra-putri terbaik bangsa. Masa kita tidak bisa memberdayakan putra-putri terbaik bangsa? Katanya generasi emas, jangan sampai tidak ada tempat juga untuk mereka di 2045,” kata Purwadi, Selasa (30/7/2024).

Menurutnya, Pemerintah  menghadirkan kendaraan canggih sebagai fasilitas di IKN Nusantara bukan sesuai yang urgensi atau terburu-buru.

Kemudian, penggunaan sky taxi di IKN Nusantara itu juga tentunya harus diperjelas, apakah memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia atau tidak.

“Atau jangan-jangan justru menjadi celah bagi investor asing untuk terus masuk ke Tanah Air," ujarnya.

Dia menilai, Kehadiran transportasi teknologi itu bertolak belakang dengan kondisi masyarakat Indonesia, terutama di Kaltim yang beberapa kabupaten/kota mengalami kesulitan kebutuhan dasar, seperti air dan listrik.

BACA JUGA : Balikpapan Bakal Disulap Menjadi 'Labuan Bajo', Menhub: Banyak Kapal Pinisi Melintas

Kemudian akses infrastruktur jalan dan ketersediaan jaringan telekomunikasi yang masih sangat sulit, seperti di wilayah Kabupaten Mahulu yang merupakan wilayah perbatasan negara.

Secara makro, Purwadi menilai bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang tergerus, dengan hampir 40 persen konsumsi menengah ke bawah menurun, yang berdampak pada daya beli masyarakat.

Perlakuan pemerintah terhadap ragam kelas ekonomi tidak menjunjung asas keadilan. Kemudian teknologi canggih tidak selaras dengan kondisi masyarakat yang pada realitanya masih sangat susah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: