Mufakat Kanjeng Sinuhun (5): Perempuan Misterius

Mufakat Kanjeng Sinuhun (5): Perempuan Misterius

“Sendiri saja?” tanya Anita.

“Sama Anggota, nunggu di luar”.

“Oh, Sagat kah?,” tanya Anita lagi.

“Iya, dia lagi ngebul di teras”.

Ucok pun bercerita. Baru saja mendatangi rumah H Tiwo—salah satu pemilik lahan yang tanahnya akan dibeli untuk proyek perluasan lahan pertanian itu. “Tiwo sudah setuju. Nanti pembayarannya bisa dikolektifkan lewat dia,” ujar Ucok.

“Ya sebaiknya begitu. Urusannya lebih mudah,” timpal Anita. Nanti saya uruskan ke bank untuk pembuatan rekeningnya.

“Aman saja kah proses pencairannya nanti?,” tanya ucok.

“Serahkan sama saya, aman,” jawab Anita, kemudian mempersilakan Ucok minum teh buatan bi Imeh. “Ya, sesuai yang tempo hari disampaikan Sinuhun Usrif,” tambah Anita. 

Ucok pun tak lama. Ia harus segera balik ke balai Sinuhun. Siang itu habis zuhur akan ada rapat akbar. Sebagai sinuhun dia harus hadir. 

Kedatangan ucok hanya memberi tahu agar Anita mengambil peran selanjutnya. Untuk kembali merayu para pemilik lahan. Karena belum semuanya kompak. Hanya H Tiwo saja yang sepertinya sudah menyambut baik.

****

Sruutttt… hmmm.. segelas kopi hitam tinggal setengah gelas. Usrif tampak menikmati sekali suguhan kopi hangat siang itu. Sudah dua batang rokok ia habiskan. Namun Ayass belum juga kelihatan batang hidungnya. Angin pantai siang itu, menambah kenyamanan. Usrif pun menguap berkali-kali.

Kedai kopi kesukaan Usrif ini lokasinya sedikit tersembunyi. Tepat berada di pinggir pantai. Kendati cuaca terik, namun banyak pepohonan di sekitar kedai itu. Tak hanya urusan kopi, aneka makanan berat pun tersedia. Itulah yang membuat Usrif betah. Dia biasa mampir ke kedai setelah menghadiri pertemuan di balai sinuhun. Atau untuk sekadar makan siang.

Belakangan, kedai itu juga tempat ia membahas persoalan berat. Atau sekadar bercengkrama bersama koleganya sesama sinuhun. Atau rekan bisnisnya. Suasananya mendukung dan jauh dari keramaian. Kanjeng Sinuhun juga sering mampir ke tempat itu.

Tak lama, tampak Ayass muncul. Mengenakan baju serba hitam. Kaus kerah hitam dan celana jeans hitam. Pun topinya berwarna hitam. Ayass sendirian. Ia bergegas mempercepat langkahnya setelah melihat Usrif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: