Bankaltimtara

Warisan Sejarah Sultan Idris Satukan Kukar dan Wajo untuk Kerjasama Pembangunan

Warisan Sejarah Sultan Idris Satukan Kukar dan Wajo untuk Kerjasama Pembangunan

Kunjungan Bupati dan Wakil Bupati Wajo di Pendopo Etam, Rumah Jabatan Bupati Kukar.-(Disway Kaltim/ Ari)-

“Kalau bicara soal PAD, saya agak malu menyebutkan angka Wajo dibandingkan Kukar. Tapi mudah-mudahan ke depan Wajo bisa belajar dan menyesuaikan,” ujar Andi Rosman.

BACA JUGA: Penyelesaian Jalan Poros Wilayah Hulu Mahakam Kukar, Ditarget Rampung 2026

Ia berharap kunjungan ini dapat menjadi pintu pembuka untuk menjalin kerja sama yang lebih konkret di masa depan, baik dalam hal pembangunan, sosial, maupun budaya antara kedua daerah.

Menanggapi keberadaan makam Sultan Haji Muhammad Idris di Wajo yang terletak di tengah kota, Andi Rosman menegaskan bahwa lokasi tersebut telah menjadi simbol ikatan dua daerah yang hingga kini masih terpelihara dengan baik.

“Alhamdulillah, hubungan antara Kukar dan Wajo masih erat hingga hari ini, berkat nilai sejarah dan semangat kebersamaan,” tutupnya.

Pemerintah Kukar dan Wajo sepakat untuk terus menjaga tali silaturahmi yang telah lama terjalin. Kedua belah pihak juga membuka peluang kerja sama yang lebih luas di berbagai sektor, dengan semangat menghargai sejarah dan memperkuat masa depan bersama.

BACA JUGA: Atasi Blankspot di Kukar, Pemkab Uji Coba Starlink di Sungai Bawang

Untuk diketahuiSultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.

Sultan Aji Muhammad Idris lahir pada tahun 1667 di Jembayan, yaitu sebuah desa yang kini masuk Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara.

Dalam catatan sejarah, Sultan Aji Muhammad Idris merupakan cucu menantu dari Sultan Wajo, La Madukelleng. La Madukelleng dikenal sebagai petualang Bugis yang menjabat sebagai pemimpin tertinggi Wajo pada abad ke-18. Pada suatu hari, Sultan Aji Muhammad Idris berangkat ke Tanah Wajo di Sulawesi Selatan. 

Di sana, Sultan untuk membantu rakyat Bugis berperang melawan Veerenigde Oostindische Compagnie (VOC), kongsi dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda. Sultan berperang dengan gagah berani, dan terlibat dalam sejumlah penggempuran VOC. Namun, dalam pertempuran itu pula Sultan Aji gugur.

BACA JUGA: RSUD AM Parikesit Tenggarong Segera Buka Layanan Radioterapi untuk Pasien Kanker

Dan di Tahun 2021 ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memberikan gelar pahlawan nasional. Dari ratusan nama yang diajukan, Jokowi memutuskan untuk memberikan gelar pahlawan kepada empat tokoh. Penetapan gelar pahlawan nasional tersebut sudah sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 109/TK/2021 tentang penganugerahan pahlawan nasional.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: