Bankaltimtara

Disebut Bisa Gantikan Kafein, Kopi Jamur Ternyata Punya Efek Samping Tersembunyi

Disebut Bisa Gantikan Kafein, Kopi Jamur Ternyata Punya Efek Samping Tersembunyi

Diklaim lebih sehat, kopi jamur ternyata punya efek tersembunyi.-(Ilustrasi/ Nomorsatukaltim)-

JAKARTA, NOMORSATUKALTIM - Kopi jamur tengah naik daun sebagai tren gaya hidup sehat, terutama bagi para pencinta kopi yang ingin mengurangi asupan kafein. 

Kombinasi antara bubuk kopi dan ekstrak jamur seperti cordyceps, reishi, hingga lion’s mane kini diklaim bisa memberi energi, meningkatkan fokus, hingga menenangkan pikiran—tanpa efek samping seperti jantung berdebar atau susah tidur.

Namun benarkah kopi jamur adalah pengganti sempurna bagi kopi biasa? 

Di balik tampilannya yang “hijau” dan natural, ternyata ada sejumlah catatan penting yang tak boleh diabaikan.

BACA JUGA: Datang ke Kopi Good Day DBL Festival 2025, Pramono Anung Umumkan Kerjasama Program Anak Muda

BACA JUGA: Makin Merata, Top 50 Campers Kopi Good Day DBL Camp 2025 Diisi Oleh Para Student-Athlete dari 18 Provinsi

Menurut Bryan Quoc Le, PhD, ilmuwan pangan dan pendiri Mendocino Food Consulting, jamur obat yang digunakan dalam kopi jenis ini memang mengandung senyawa adaptogenik yang bermanfaat. 

“Kopi jamur terutama cordyceps, reishi, chaga, atau jamur obat lainnya menyediakan senyawa adaptogenik yang dikatakan dapat meningkatkan fokus, energi, dan konsentrasi,” jelasnya, dikutip dari laman Well and Good, Sabtu (10/5/2025).

Klaim ini sejalan dengan hasil beberapa studi awal. 

Jamur lion’s mane misalnya, dikatakan dapat membantu melindungi sistem saraf, bahkan berpotensi bermanfaat bagi penderita Parkinson atau multiple sclerosis. 

BACA JUGA: Hasil Penelitian: 3 Cangkir Kopi Setiap Hari Tingkatkan Kesehatan Jantung

BACA JUGA: Sehari, Pemasukan Kedai Kopi di Rest Area IKN Nusantara Tembus Rp 1,5 Juta

Studi laboratorium lain juga menunjukkan bahwa jamur shiitake bisa melindungi sel paru-paru dari kerusakan, dan jamur ekor kalkun (PSK) bahkan digunakan sebagai pengobatan kanker di Jepang.

Namun perlu diingat, banyak dari klaim tersebut masih dalam tahap awal penelitian. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait