Waspada Fenomena Child Grooming, Ancaman Tersembunyi Mengintai Anak dan Remaja
ilustrasi-istimewa-
Kasus seperti ini menunjukkan pola manipulasi yang sering kali tidak disadari oleh korban.
Proses child grooming dilakukan secara bertahap dengan pendekatan emosional, sehingga korban tidak merasa sedang dieksploitasi.
Bahkan, korban kerap merasa bangga menjalani hubungan dengan pelaku yang dianggap lebih matang secara usia maupun finansial.
Menurut Plt. Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan Kementerian PPPA, Ratih Rachmawati, pelaku child grooming sering menggunakan strategi manipulasi emosional untuk mendekati korban.
“Pelaku membangun rasa cinta, perhatian, dan penerimaan yang membuat korban merasa dihargai dan dicintai,” ungkapnya.
Ratih menambahkan, korban sering kali tidak menyadari niat buruk pelaku karena pendekatan dilakukan dengan halus dan bertahap.
Pelaku menciptakan ilusi keamanan, sehingga korban percaya hubungan tersebut wajar dan tidak berbahaya.
Hal ini membuat korban sulit mengenali bahwa mereka sedang dimanipulasi, apalagi jika pelaku memberikan manfaat ekonomi atau status sosial tertentu.
Pernikahan dini yang terjadi akibat child grooming membawa dampak serius bagi korban. Secara fisik, perempuan yang melahirkan di usia muda memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi saat persalinan karena organ reproduksi yang belum matang.
Hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan.
BACA JUGA : Jerome Polin Bongkar Matematika ala Koruptor, Netizen: Fix! Gen Alpha Langsung Ganti Cita-cita
Selain itu, anak-anak yang lahir dari pernikahan dini sering kali mengalami masalah kesehatan, seperti stunting atau berat badan lahir rendah, akibat kurangnya pemenuhan gizi.
Dari sisi psikologis, ketidaksiapan mental korban dalam mengasuh anak dapat memengaruhi pola asuh dan menghambat pemenuhan hak-hak anak, seperti pendidikan dan kesehatan.
Ratih juga menyoroti bahwa korban yang terjebak dalam pernikahan dini sering kali kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan mengembangkan potensi diri.
Mereka harus menghadapi tekanan fisik dan emosional sebagai ibu muda, yang terkadang tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari pasangan atau keluarga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: