Ingatkan Bahaya Korupsi SDA Lewat Pameran Seni
Salah satu karya seni Fachmi Ramadani-(Disway/Mayang)-
“Perizinan pertambangan yang diterabas oleh praktik korup oleh para politikus dan pejabat. Juga Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang tidak kunjung terbit menjadi celah munculnya izin-izin di luar prosedur,” ucap Salsa, sapaan akrabnya.
“Di situasi tersebut masyarakat hanya menjadi korban akibat perilaku korupsi SDA. Kita dipaksa untuk menghirup udara kotor, ruang hidup dirampas, limbah hingga lubang tambang yang menewaskan anak-anak,” paparnya.
Akibatnya, lanjut Salsa, dibutuhkan waktu yang panjang dalam proses pemulihan kerusakan alam.
Sebelumnya, Salsa telah menghadirkan komik dengan judul “Demokrasi Transaksional dan Model Korupsi Ekstraktivisme di Kabupaten Kutai Kartanegara" pada Desember 2023 lalu.
BACA JUGA:
Pengentasan Kemiskinan di Kota Samarinda Perlu Perhatian Khusus
Pemkot Balikpapan Tegaskan ASN Wajib Netral pada Pilkada 2024
Dalam rilis komik tersebut memvisualisasikan contoh nyata dari kerusakan tatanan demokrasi, sektor ekonomi, lingkungan, serta budaya yang telah dieksploitasi oleh kekuasaan, dikendalikan dinasti dan kroni-kroni pemangku kepentingan.
Menindaklanjuti karya komik yang telah terbit itu, Salsa berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Samar Projek, menghimpun kasus-kasus korupsi yang dikemas dalam bentuk pameran seni.
Pameran tersebut akan dibuka pada Minggu, 8 September 2024 mendatang, Dengan melibatkan enam seniman, seperti Dahri Dahlan, Fachmi R, Iqarosse, Kholif Mundzira, Robby Ocktavian, Sabrina Eka F, Sindikat Sinema.
BACA JUGA:
Sementara itu, Direktur Artist, Rio Raharjo mengungkapkan, kasus-kasus korupsi yang dikemas melalui karya seni mampu menstimulasi kesadaran audiens terhadap suatu persoalan.
Rio menjelaskan, pengetahuan yang didistribusi melalui karya seni mampu secara gamblang dan memberikan pengalaman yang lebih luas kepada audiens.
“Pameran ini juga menawarkan bagaimana publik melihat ruang-ruang kecurangan dalam bentuk korupsi yang dilakukan oleh para stakeholder melalui kacamata seni visual,” jelas Rio, Magister di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: