Indonesia dalam Bayang-Bayang Resesi
Jakarta, nomorsatukaltim.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keynote speech atau pidato kunci dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Selasa (15/9).
Menurut dia, perekonomian negara-negara dunia mengalami kontraksi pada 2020. Sebagai contoh di negara-negara ASEAN. Misalnya Malaysia, per kuartal II-2020 minus 17,1 persen, Singapura minus 12 persen, dan Filipina terkoreksi 16 persen.
Dalam paparannya, Airlangga juga mengungkapkan proyeksi ekonomi Indonesia di tahun ini. “Kita lihat juga Indonesia terkontraksi lebih rendah dari beberapa negara lain,” kata Airlangga.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 minus 5,32 persen. Ketua Umum Partai Golkar itu mengungkapkan, sejumlah lembaga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di level 0 persen. Prediksi itu disampaikan oleh Bank Dunia. Sementara Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan perekonomian RI akan tumbuh minus 1 persen.
Bagaimana dengan pemerintah? “Pemerintah memperkirakan pada akhir tahun minus 1,1 persen sampai 0,2 persen,” ujar Airlangga.
Tahun depan, dia meyakini akan ada perbaikan. Hal itu mengacu kepada tren global yang mana beberapa negara telah melonggarkan lockdown. Sehingga berdampak pada pemulihan ekonomi. Salah satu indikatornya adalah purchasing managers index (PMI) yang sudah berada di atas 50.
“Di ASEAN masih di bawah 50. Indonesia sudah masuk di atas 50 atau 50,8. Indonesia sudah pulih akibat beberapa kegiatan dan kita berharap momentum ini bisa dijaga,” kata Airlangga.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan pemerintah masih berjuang menyelamatkan ekonomi RI dari jurang resesi selama masih ada waktu. Sementara kuartal III-2020 yang menjadi penentu nasib ekonomi Indonesia menyisakan waktu sekitar 1 minggu lagi.
Jokowi menilai sisa waktu itu harus bisa dimanfaatkan. Tujuannya untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi yang positif.
“Terkait pemulihan ekonomi nasional, kita masih punya waktu sampai akhir September. Dalam meningkatkan daya ungkit ekonomi kita,” ujarnya saat membuka rapat terbatas dengan tema laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional melalui video conference, Senin (14/9).
Jokowi menjelaskan, daya ungkit yang dimaksud adalah, meningkatkan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang masih menjadi motor utama penggerak roda ekonomi RI.
“Oleh sebab itu, saya minta seluruh program insentif yang sifatnya cash transfer agar benar-benar diperhatikan dipercepat,” tutupnya.
Selain itu, Jokowi telah memerintahkan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk menekan penyebaran COVID-19 di 9 provinsi. Jokowi meminta Luhut untuk menekan kasus COVID-19 di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, dan Papua.
Provinsi-provinsi ini dianggap memiliki kontribusi besar ke perekonomian nasional. Luhut mengaku diberikan waktu selama 2 minggu untuk menekan kasus corona. Sasarannya berupa penurunan penambahan kasus, peningkatan angka kesembuhan, dan penurunan kasus kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: