Dapat Penilaian Buruk Pengelolaan Sampah, DLH Kubar Mulai Berbenah, Ini yang Akan Dilakukan
Kantor DLH Kubar.-eventius/disway kaltim-
Tugas pembangunan fisik ditangani oleh Dinas PUPR, sedangkan DLH bertugas menyiapkan operasionalisasi sistemnya.
“Kita memang bekerja dalam banyak keterbatasan. Alat-alat kita sebagian besar sudah lebih dari 10 tahun. Dari sekian banyak unit, hanya enam yang masih bisa dikatakan baru."
"Ekskavator cuma dua, satu di antaranya sudah sangat tua. Begitu juga bulldozer. Tapi kita tetap dorong semua tim untuk bergerak,” ujar Ali.
Ia menyebut, dalam satu hari pihaknya harus menangani sekitar 30 ton sampah yang dihasilkan dari kawasan perkotaan, termasuk Sendawar.
Jumlah ini bisa meningkat saat hari-hari tertentu. Namun dengan armada yang terbatas dan kondisi alat yang uzur, operasional lapangan jadi jauh dari ideal.
“BBM juga jadi tantangan. Kebutuhan bahan bakar besar, tapi anggaran kita dibatasi dengan alasan efisiensi. Belum termasuk biaya perawatan kendaraan dan perbaikan alat."
BACA JUGA:Masuk Kategori 5 Terburuk Pengelolaan Sampah di Kalimantan Timur, Pemkab Kutim Siap Berbenah
"Kadang di lapangan, satu unit mogok, pekerjaan tertunda, dan kita harus putar otak agar tetap jalan,” ungkapnya.
Ali menegaskan bahwa DLH Kutai Barat sangat serius menanggapi target yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Yakni seluruh daerah harus meninggalkan sistem open dumping dan beralih ke sanitary landfill sebelum Oktober 2025.
Namun ia juga menyampaikan bahwa jika proses belum rampung pada tenggat waktu tersebut, pihaknya akan mengajukan perpanjangan waktu resmi.
“Kalau nanti Oktober belum selesai, kami siap bertanggung jawab dengan menyampaikan permintaan perpanjangan waktu secara resmi ke KLHK. Tapi kami tetap bekerja dengan target selesai. Kami tidak menunggu,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ali menyinggung soal minimnya dukungan dari pemerintah pusat maupun provinsi dalam proses peralihan ini.
Ia mengaku hingga kini belum ada program sosialisasi besar-besaran kepada masyarakat terkait pentingnya perubahan sistem pengelolaan sampah, padahal dukungan publik sangat dibutuhkan.
“Bayangkan, ini pekerjaan yang besar. Harusnya kita dikuatkan dari berbagai sisi: teknis, peralatan, anggaran tambahan, bahkan penyuluhan ke warga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
