Rudy Mas'ud: Kalau Hutan Rusak, Dunia Ikut Rugi
Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud. -salsabila/disway-
Penyerahan orangutan disaksikan oleh Dirjen KSDAE dan Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari memperlihatkan kerja sama nyata antara pemerintah pusat, daerah, lembaga konservasi, hingga sektor swasta.
Menurutnya, konservasi tidak bisa dikerjakan secara parsial. Perlu upaya terpadu dan bersama untuk memastikan kawasan konservasi tetap aman dari perambahan, kebakaran, dan tambang ilegal.
Ia juga menyebut bahwa pelestarian kawasan seperti di Kutai Timur akan menjadi modal besar untuk mendorong posisi Kaltim sebagai wilayah dengan kontribusi nyata terhadap agenda lingkungan global
BACA JUGA:Pemprov Kaltim Alokasikan Rp1 Miliar untuk Pengawasan PSU di Kukar dan Mahulu
BACA JUGA:Gubernur Rudy Mas'ud: Apa Guna Alumni Unmul Kalau Pendidikan Belum Gratis?
Tak hanya itu, wilayah ini dikenal sebagai rumah dari spesies langka seperti orangutan Kalimantan, yang kini statusnya kian terancam oleh degradasi habitat.
Di sisi lain, kekayaan flora seperti kayu ulin yang dikenal sebagai kayu besi juga semakin langka akibat pembalakan. Dengan umur panen yang sangat lama, ulin bisa mencapai 120 tahun, kapur 90 tahun, dan meranti 60 tahun.
Rudy Mas'ud menilai, sudah saatnya kebijakan pengelolaan hutan dilakukan dengan perspektif jangka panjang, bukan sekadar eksploitasi jangka pendek.
"Kalau hutan kita rusak, yang rugi bukan hanya masyarakat lokal, tapi juga dunia. Karena itu, Kalimantan Timur ingin berdiri di barisan depan pelestarian lingkungan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

