Jurnalis Perempuan di Samarinda Sepakat Berkolektif Dorong Lingkungan Kerja yang Aman

"Tetap harus perlu adanya implementasi yang masif di seluruh media," tekannya.

Yuni pun mengajak jurnalis perempuan mampu meningkatkan kualitasnya.

Sehingga mampu menyajikan berita yang berperspektif gender.

BACA JUGA : Ini Kata Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik Jelang Pengumuman Pemenang Pilkada Serentak 2024

“Kita ambil kekuatan kita sebesar-besarnya untuk bisa melawan kekerasan seksual. Tak hanya perempuan persfektif terhadap korban juga penting dimiliki oleh semua gender," jelas Yuni.

Anggota Majelis Pertimbangan dan Legislasi AJI Kota Samarinda, Nofiyatul Chalimah menyampaikan, terdapar tiga jenis kekerasan yang dialami sebagai jurnalis perempuan.

Pertama, sebagai jurnalis rentan mendapatkan intimidasi oleh narasumber.

Kedua, sebagai perempuan yang mana masih lekat akan budaya patriarki.

Ketiga, sebagai jurnalis perempuan yang memiliki risiko akan diskriminasi dan kekerasan.

“Nah teman-teman, kita harus ada kesadaran kolektif untuk kita bisa membuat lingkungan yang aman,” katanya dihadapan peserta diskusi. 

Meski begitu, Nofi mengakui masih ada benyak yang perlu di perjuangkan. Khususnya di ruang redaksi. Sebab, peliputan dan penyajian berita juga melalui hasil dari proses redaksi ini.

“Memang masih jauh jalannya. Tapi perlu banyak diskusi-diskusi terbuka seperti ini dan kesadaran kolektif jurnalis perempuan untuk bisa memberikan perspektif baru,” urainya.

Ditambahkan pula oleh Disya Halid selaku Koordinator Paralegal Perempuan Mahardhika Samarinda.

Menurutnya, jurnalis perempuan masih banyak yang mengalami kekerasan seksual dan diskriminasi dengan berbagai bentuk. 

BACA JUGA : Kalimantan Timur Raih Dua Penghargaan pada Innovative Government Award 2024

Sumber: