Bankaltimtara

BigMall Belum Punya Tim Tanggap Kebakaran, Damkar Samarinda Usulkan Gelar Pelatihan Simulasi

BigMall Belum Punya Tim Tanggap Kebakaran, Damkar Samarinda Usulkan Gelar Pelatihan Simulasi

Kondisi under ground Big Mall Samarinda. -Mayang/Disway Kaltim-

Tetapi juga praktik langsung dalam menggunakan alat pemadam ringan (APAR), sistem sprinkler, alarm, dan prosedur evakuasi.

BACA JUGA:Aktivitas Ekonomi Mulai Menggeliat di Big Mall Samarinda, Sebagian Tenant Masih Tutup

Pelatihan tersebut juga akan mengacu pada standar keselamatan gedung bertingkat yang berlaku nasional. Menurutnya, pusat perbelanjaan sebesar itu jika tidak memiliki tim tanggap darurat internal justru akan berisiko.

Ia pun mengingatkan musibah kebakaran kerap dianggap sepele sebelum benar-benar terjadi.

BACA JUGA:Penyebab Kebakaran Big Mall Masih Ditelusuri, Tim Investigasi Amankan 3 Barang Bukti

Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, kerugian bisa sangat besar, bukan hanya secara ekonomi tetapi juga menyangkut keselamatan jiwa.

"Kebakaran itu kadang dianggap biasa saja. Tapi kalau sampai kejadian, dampaknya luar biasa. Ini soal nyawa, keselamatan orang banyak," tegasnya.

Damkar Samarinda, kata Hendra, rutin melakukan inspeksi ke berbagai gedung bertingkat di kota ini.

Beberapa waktu lalu, pihaknya juga melakukan pengecekan terhadap kantor Gubernur Kalimantan Timur dan gedung-gedung perkantoran swasta untuk memastikan sistem proteksi kebakaran berjalan baik.

Selain itu, Hendra menyebut bahwa keberadaan alat pemadam dan sistem pendeteksi kebakaran yang canggih tidak akan berarti banyak bila tidak diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia.

"Kalau alarm berbunyi tapi tidak ada yang tahu harus ngapain, sama saja. Sprinkler hidup, tapi evakuasi berantakan, itu juga jadi masalah," paparnya.

BACA JUGA:Manajemen Big Mall Samarinda Tepis Sprinkler Tidak Berfungsi

Oleh sebab itu, Damkar Samarinda terus mengedukasi pengelola gedung tentang pentingnya latihan rutin.

Ia menegaskan bahwa simulasi tidak boleh bersifat simbolik atau formalitas semata. Tetapi harus menjadi kebiasaan dan prosedur tetap. Minimal setahun dua kali diadakan. Jangan sampai diadakan saat insiden terjadi.

Hendra menambahkan, pihaknya terbuka bekerja sama dengan pengelola gedung mana pun yang ingin meningkatkan kesiapsiagaan. Namun, inisiatif tetap harus datang dari manajemen.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait