AP I Sepinggan Tawarkan Investor Bangun Terminal Pesawat Apung

AP I Sepinggan Tawarkan Investor Bangun Terminal Pesawat Apung

Posisi bandara SAMS Sepinggan yang berada di tepi laut menjadi kelebihan untuk membangun terminal pesawat terbang apung. (Fey/diswaykaltim.com) Balikpapan, Disway Kaltim. com – PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan mengincar pendapatan dari bisnis di luar penumpang, sebagai dampak belum pulihnya kondisi penerbangan tanah air. Pengelola bandara akan berharap menambah pendapatan dari hanggar dan fixway, yang selama ini belum dioptimalkan. Rencana itu disampaikan General Manager PT Angkasa Pura I Bandara SAMS Sepinggan, Farid Indra Nugraha, ketika dijumpai pada Kamis (8/8/2019). “Jadi ada kegiatan bisnis yang selama ini tidak pernah digarap, yang memberikan peluang kami mencari alternatif (pendapatan) lain. Kami akan mencoba mengembangkan hanggar helikopter dan hanggar fixway. Selama ini tidak pernah tergarap, akan kami paksakan supaya keterisiannya lebih banyak,” ujar Farid Indra. Untuk rencana itu, AP I akan bekerja sama dengan Garuda Maintenance Facility (GMF), yang akan merancang pemeliharaan pesawat di hanggar Sepinggan. Yang tak kalah menariknya ini: rencana membangun terminal seaplane atau pesawat terbang apung. Manajemen AP I disebut telah bertemu dengan sejumlah investor untuk mengembangkan potensi tersebut. Hal ini sekaligus memanfaatkan posisi Bandara SAMS Sepinggan yang berada di tepi laut. “Ini erat kaitannya dengan bidang pariwisata. Seperti di Maldives yang punya banyak terminal seaplane untuk mengakomodir pariwisata mereka,” imbuh dia. Soal terminal pesawat terbang apung ini, Farid Indra memberi contoh di Maratua dengan penerbangan pesawat ATR Garuda. “Pesawatnya take-off dan landing dari terminal laut, kemudian buang jangkar di resort. Kami akan tawarkan strategi ini kepada investor dan pemerintah provinsi dengan pola kerja sama,” kata dia. Pemerintah daerah akan mengelola manajemen pariwisata pengembangan resort. Farid Indra mengakui konsep transportasi penerbangan seaplane dari Balikpapan ke Maratua, atau dari Tarakan ke Maratua dengan ATR masih cukup lama. Akan tetapi dia optimistis strategi ini akan mendongkrak pendapatan lantaran berbeda dengan bandara di Samarinda dan Tarakan. “Konsep ini akan lebih atraktif dan pariwisatanya akan hidup.” Sejak tahun 2016, jumlah penumpang di bandara ini mengalami pasang surut. Dari 7,8 juta orang di tahun 2016, anjlok menjadi 7,3 juta orang pada 2017. Sempat naik sedikit menjadi 7,5 juta orang di 2018. AP I memproyeksikan tahun ini jumlahnya akan menurun tajam menjadi hanya 5,2 juta penumpang. Penurunan terbesar disebabkan pembukaan bandara APT Pranoto di Samarinda. Diperkirakan sekitar 2,5 juta orang mengalihkan penerbangan ke Kota Tepian itu. Jumlah penumpang harian di bandara saat ini hanya mencapai 7 ribuan orang yang take off dan landing, dari sebelumnya 11.400 orang. Penurunan penumpang pesawat udara di Balikpapan juga berdampak terhadap pendapatan asli daerah. Dalam laporan Pemkot Balikpapan, sebanyak Rp 44 miliar potensi pendapatan turut hilang. Selain merencanakan pendapatan dari hanggar dan seaplane, potensi lain yang akan dikembangkan adalah pariwisata. Dengan terobosan itu, AP I berharap dapat memenuhi target titik impas (Break Even Point-BEP) selam 10 tahun. Saat ini, pendapatan rata-rata perusahaan mencapai Rp 70 miliar, termasuk penyusutan rerata sebesar Rp 3 miliar dari total proyek. Isu pemindahan ibukota di Kalimantan diperkirakan akan membawa dampak positif. “Menurut rencana, ada tiga maskapai akan beroperasi pada September mendatang,” ungkap Farid Indra. Mereka adalah Lion Air airbus terjadwal untuk umrah. Kemudian Royal Brunei, dan Air Asia akan membuka rute Kuala Lumpur - Balikpapan. Dengan berbagai upaya itu, Angkasa Pura I optimistis pendapatan akan kembali tumbuh. Belum lagi pembangunan proyek Pertamina yang akan berlangsung dalam jangka panjang. (k/fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: