Relevansi Kurikulum Merdeka Dorong Lahirnya Wirausaha Gen Z

Tujuannya jelas: membekali mahasiswa dengan pengalaman nyata yang relevan dengan dunia industri.

Melalui program magang, kewirausahaan, penelitian, hingga proyek sosial, Kampus Merdeka membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan praktis yang sulit diperoleh di ruang kelas.

Kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah menjadi inti dari kebijakan ini.

Namun, tantangan besar tetap ada. Keterbatasan akses ke industri, khususnya di daerah terpencil, bisa menjadi hambatan dalam pelaksanaan.

Perguruan tinggi harus lebih proaktif membangun jejaring kerja sama dengan berbagai sektor untuk memastikan program ini berjalan maksimal.

Selain itu, Kampus Merdeka juga mendorong mahasiswa untuk lebih mandiri dalam menentukan jalur pendidikan mereka.

Kebebasan ini diharapkan memunculkan individu-individu yang tidak hanya cakap secara akademik tetapi juga siap berinovasi dalam menghadapi tantangan global.

Kedua kebijakan ini memiliki dampak besar, terutama bagi Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012.

Sebagai digital natives, generasi ini tumbuh dengan teknologi yang canggih dan akses luas terhadap informasi global.

Dengan karakteristik tersebut, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi entrepreneur yang kreatif dan mandiri.

Namun, menumbuhkan jiwa entrepreneur pada Gen Z membutuhkan pendekatan yang terarah.

Pendidikan kewirausahaan harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sejak dini, termasuk di perguruan tinggi.

Materi seperti manajemen bisnis, pemasaran digital, dan pengembangan produk dapat diajarkan secara praktis.

Selain itu, pelatihan teknologi digital, mentoring oleh pengusaha sukses, hingga kompetisi inovasi dapat mendorong mereka untuk lebih percaya diri dalam memulai usaha.

Penting juga bagi keluarga, pemerintah, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.

Sumber: