Bashar al-Assad: Dari Dokter Mata, Menjadi Penguasa di Suriah, Akhirnya Runtuh di Tangan Pemberontak

Warga Qamishli di Suriah menggunakan telepon genggam mereka untuk mengabadikan gambar Presiden Suriah Bashar al-Assad yang rusak ketika orang-orang merayakan penggulingan sang presiden.-Orhan Qereman/Reuters-
“Bagi warga Suriah, [al-Assad] akan selalu dikenang sebagai presiden yang menunjukkan kepemimpinan yang buruk, menghancurkan negaranya, dan menggusur rakyatnya sendiri,” ujar analis kebijakan Suriah, Marwan Kabalan, dikutip dari Aljazeera.
“Dia tidak hanya kehilangan kekuasaannya, tetapi juga kehilangan seluruh tanah airnya.”
Pada tahun 2023, setelah lebih dari 12 tahun perang, al-Assad disambut kembali ke Liga Arab oleh negara-negara Arab yang sama yang pernah mengucilkannya. Keputusan untuk mengembalikan keanggotaan Suriah menandai perubahan diplomatik yang dramatis karena beberapa negara Arab berusaha untuk terlibat kembali dengan al-Assad.
Namun, situasi di lapangan tetap sama. Warga Suriah, yang berharap akan sebuah awal yang baru, masih hidup dalam keruntuhan ekonomi dan krisis kemanusiaan.
BACA JUGA:China Buka Ruang Negosiasi dengan RI soal Sengketa di LCS
Dan selama 10 hari terakhir, perang yang telah lama stagnan kembali berkobar dengan kemajuan pesat para pejuang oposisi, yang dengan cepat menguasai beberapa kota besar di saat sekutu al-Assad sibuk dengan konflik mereka di tempat lain.
“Selama beberapa dekade, rezim ini telah menjadi sumber penindasan, ketidakstabilan, dan kehancuran,” ujar Fadel Abdulghani, direktur eksekutif Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kepada Al Jazeera.
Ia mengatakan bahwa meskipun tugas untuk membangun kembali Suriah sangatlah besar, ia tetap berharap.
“Saya optimis dan saya pikir kita bisa membangunnya lebih jauh untuk membangun negara yang demokratis.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: