23 Orang Tewas dan 29 Masih Hilang akibat Longsor Tambang di Gorontalo

23 Orang Tewas dan 29 Masih Hilang akibat Longsor Tambang di Gorontalo

Proses pencarian korban longsor di area tambang emas rakyat di Gorontalo.-(Foto/Dok.Basarnas)-

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Bencana longsor di areal tambang emas rakyat di Desa Tulabolo Timur, Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, telah menyebabkan 23 orang tewas dan 29 orang lainnya masih dinyatakan hilang. 

Korban longsor yang terjadi pada Selasa (9/7) ini, hingga kini masih dalam pencarian Tim SAR gabungan. Medan yang sulit dan kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat proses evakuasi berjalan lambat. 

Dalam operasi hari keempat, tim SAR berhasil mengevakuasi 23 jenazah korban dari lokasi bencana. Jasad para korban diangkut menggunakan helikopter untuk diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri di Gorontalo sebelum diserahkan kepada pihak keluarga. 

Hingga saat ini, upaya identifikasi terus dilakukan untuk memastikan identitas setiap korban yang ditemukan.

Selain korban tewas, sebanyak 29 orang masih dinyatakan hilang dan terus dalam pencarian oleh tim SAR. 

BACA JUGA: Masih Berlangsung, Alat Berat Penambangan Batu Bara Ilegal Kembali Diamankan

Sementara itu, Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) bersama tim SAR gabungan telah berhasil mengevakuasi 85 orang dalam kondisi selamat. 

Mayoritas korban selamat adalah penambang dan beberapa anggota keluarganya yang saat kejadian berada di sekitar area tambang. 

Di antara korban selamat tersebut, terdapat seorang anak laki-laki berusia enam tahun yang kini telah kembali ke keluarganya setelah dipastikan sehat oleh tim kesehatan di posko utama operasi SAR di Desa Tulabolo Timur.

Kepala Basarnas, Kusrowo mengungkapkan bahwa pihaknya sedang berupaya mengerahkan penambahan alat berat guna memaksimalkan pencarian dan evakuasi korban. Selain itu, Basarnas juga mendapat tambahan helikopter untuk membantu proses evakuasi. 

BACA JUGA: Jatam Desak Pemprov Kaltim Selesaikan Tambang Ilegal yang Mencapai 168 Titik

Saat ini, tim SAR gabungan masih mengandalkan satu helikopter bantuan dari Polri dan dua alat berat eskavator, serta beberapa mesin alkon pertanian yang difungsikan untuk menyemprot tumpukan tanah dalam mencari korban.

Medan yang sulit menjadi salah satu tantangan utama dalam proses pencarian. Akses dari posko utama menuju lokasi bencana yang berjarak puluhan kilometer di dalam hutan perbukitan membutuhkan waktu tempuh empat hingga lima jam secara infanteri. 

Waktu tempuh bisa lebih lama jika hujan terus mengguyur, menyebabkan kondisi tanah menjadi labil dan di beberapa titik harus melintasi jembatan. Hal ini membuat penggunaan helikopter sangat penting untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: