Fenomena War Takjil Bagi Nonis yang Lagi Viral Tahun Ini, Bagaimana Pandangannya Dalam Islam?

Fenomena War Takjil Bagi Nonis yang Lagi Viral Tahun Ini, Bagaimana Pandangannya Dalam Islam?

Suasana pasar Ramadan di Samarinda.-Ari/Disway-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – War takjil atau perang takjil oleh kalangan non muslim mulai ngetrend di akun tiktok. Fenomena itu sendiri baru terjadi tahun ini. Bagaimana Islam menilai war takjil itu?

Dikutip dari nu online, fenomena itu sebenarnya merupakan angin segar bentuk toleransi beragama di Indonesia. Dimana non muslim turut antusias berbutu takjil saat sore hari. Ini menunjukkan bahwa perbedaan agama bukanlah halangan untuk berbagi.  

Harus dilestarikan

Masih menurut laman nu.or.id, fenomena ini harus dilestarikan, sebagai bentuk toleransi, kerukunan dan persaudaraan antar umat beragama. Dimana semuanya itu merupakan fondasi penting kehidupan di Indonesia. Fenomean ini sekaligus menjadi bukti bahwa kehidupan bertoleransi dan kerukunan antar umat beragama masih tertanam kuat di masyarakat Indonesia. 

BACA JUGA:6 Langkah Melatih Anak Berpuasa, Nomor 6 Ijazah dari Guru Sekumpul

Bahkan dalam Alquran sendiri hal seperti ini tidaklah dilarang karena merupakan bentuk muamalah terhadap sesama manusia, walau pun tidak seagama. Bahkan Alquran yang merupaakn kitab suci umat Islam juga mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain. Seperti yang termaktub dalam surat Al-Mumtanah ayat 8:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam berbagai riwayat juga selalu berbuat baik kepada pemeluk agama lain. Beliau selalu menyapa mereka dengan ramah, membantu mereka yang membutuhkan, dan terkadang bermuamalah dengan kaum non muslim. Sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari berikut:  

"Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'mash dari Ibrahim dari Al-Aswad dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata:

"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran angsuran dan beliau menggadaikan baju besinya." (HR Al-Bukhari).

Bentuk kedermawanan sosial

Sedangkan menurut Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Rachmad K Dwi Susilo, fenomena takjil tidak berdimensi ritual, tapi lebih mengarah pada kedermawanan sosial. Sehingga kelompok non Islam pun bisa masuk dan tidak ada beban untuk menikmatinya. 

BACA JUGA:Hukum Berpuasa Bagi Ibu Hamil, Simak Penjelasan Medis dan Dalilnya Di Sini

Lalu bagaimana agar hari perayaan agama itu bisa sama-sama dinikmati oleh agama lain? Menurut Rachmad, agama lain harus membuka ruang publik sehingga semua agama bisa turut terlibat dalam suasana saling menghormati dan penuh kegembiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: