Mengenal Srikandi Ketahanan Pangan Balikpapan

Mengenal Srikandi Ketahanan Pangan Balikpapan

Siapa sangka, urusan ketahanan pangan di Balikpapan, dipegang seorang wanita. Saat ditemui, tangan kanannya tak lepas menggenggam pena hitam. Berbusana Batik Balikpapan, bercorak merah, Heria Prisni masih tampak terlihat mempesona.

Gurat wajah senjanya, nyaris tak nampak kasat mata. Padahal, telah menginjak usia 58 tahun. Sudah puluhan tahun, terhitung sejak 1997, Heria mengabdi di Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan. Bisa dibilang, ia menjadi sesepuh di dinas tersebut. Dengan keramahannya, ia menerima media ini di ruang kerjanya, Rabu (18/1/2023). Perbincangan santai kami berlangsung satu jam lebih. Padahal saat itu ia ingin mengejar pesawat ke Jakarta. Ada tugas di Bandung, katanya. Tapi, Heria tetap berkenan meluangkan waktunya. Beberapa kali, pegawainya masuk ke ruangan. Meminta tanda tangannya. Ruangannya terbilang sederhana, jika dibanding ruang kepala dinas lainnya. Tak kedap suara. Di dindingnya terpampang foto Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud. Tanpa wakil walikota. Agak janggal melihatnya. Sebab, berbeda dari periode-periode sebelumnya. Biasanya di tiap ruang kepala dinas, foto penguasa selalu ada dua. Walikota dan wakilnya. Yah maklum, sudah setahun lebih Balikpapan masih tak punya wakil wali kota. Entah alasan apa. Mungkin, para politisi yang bisa menjawabnya. Yang pasti, itu bukan urusan Heria. Heria mengawali kisahnya, ia memupuk jenjang karirnya dari bawah. Dari sekadar staf biasa. Sejak awal kepindahannya dari Banjarmasin ke Balikpapan, ia sudah diploting mengabdi di dunia pangan dan pertanian. Berbekal pendidikan berbasis Agronomi Pertanian, Heria menyabet gelar insinyur yang diperolehnya dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari background pertaniannya itu, ia pun ditempatkan di dinas terkait. Baru tiga tahun silam, Heria didapuk menahkodai dinas krusial itu. Pada 2019, ia resmi menjadi nahkodanya. Heria banyak berkisah pahit getir menjadi Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan. Di daerah lain, dinas pertanian dan perikanan dipisah. Begitupun di Pemprov Kaltim. Dinas Pertanian dan Perikanan berbeda. Tapi di Balikpapan, dua sektor itu disatukan. Sebetulnya, ujar Heria, pernah ada usulan terkait. Tapi untuk membentuk organisasi perangkat daerah, ada banyak indikator yang harus dipenuhi. Balikpapan belum bisa memenuhi standar itu. Terutama masalah pemenuhan lahan.  "Akhirnya semua sektor digabung. Dinas pangan, pertanian, dan perikanan jadi satu," jelas Heria. Hal ini diakuinya menjadi tantangan tersendiri bagi Heria. "Mumet, tapi tetap dinikmati," kata Heria, sambil melempar tawa renyahnya. Di usia senjanya ia harus mengurusi masalah paling krusial. Bidang yang menjadi kebutuhan dasar warga Balikpapan. Mulai pangan, pertanian, sampai perikanan. Soal hewan juga jadi tanggung jawabnya: ayam, penyakit sapi sampai rumah potong hewan. Begitupun soal ikan. Juga tentang pertanian, dari padi hingga sawi. Meski begitu, pelbagai pertanyaan ihwal tiga sektor yang kami lontarkan, bisa dijawab Srikandi ketahangan pangan Balikpapan ini, di luar kepalanya. Didukung Tim Solid Sesekali Heria memaparkan melalui data dari berkasnya. Untuk menguasai masalah yang menjadi kewenangannya, ia dipaksa keadaan untuk terus meningkatkan kualitas dirinya. Beruntung, selama ini didampingi tim solid yang selalu siap membantunya. "Saya belajar lagi. Juga dibantu para kabid dan staf," jelasnya. Bahkan, untuk memahami tentang masalah di lapangan ia memiliki kebun kecil di rumahnya. "Ada beberapa tanaman di rumah. Jadi saya bisa belajar juga kalau menemui masalah. Oo tanaman ini begini," paparnya, memberi ilustrasi. Dari situ, ilmunya kemudian dibagikan. Tiap ada waktu senggang, ia mengisi waktunya dengan mengurus tanaman di pekarangan rumahnya. Dari jenis tanaman cabai sampai lada. Sejauh ini sudah merasakan beberapa kali panen. "Ayo, kapan-kapan main ke rumah. Rumah saya di klaster Mediterania Balikpapan Baru," ajak Heria. Heria mengaku kerap menyempatkan waktu untuk berolahraga. "Biasanya sepeda statis," katanya. Kalau urusan hobi, ia lebih suka membaca dan mendengar informasi dari gawainya. "Kalau tidur suka buka Youtube. Sambil tiduran bisa asyik mendengarkan. Informasi lebih mudah terserap. Saya juga suka baca-baca dari handphone dibanding melalui buku," bebernya. Alasannya lebih simpel. Tinggal cari, lalu usap kanan dan kiri. Ditanya soal keluarga, Heria mengungkap sang suami bukan PNS. Bahkan, anak-anaknya juga enggan menjadi abdi negara. Mereka lebih suka memilih jalan berbeda dari Heria. Suami Heria, punya usaha mini market di beberapa lokasi di Balikpapan. "Kita cari orang terpercaya untuk mengelolanya," kisahnya. Salah satu usaha suaminya ada di sekitar Balikpapan Baru. Tapi, Heria enggan mengurusnya. Sebab, beban kerjanya sudah terlalu berat. "Suami saja itu he he he," tuturnya tertawa. Omong-omong tentang buah hati, Heria punya dua anak. Keduanya sudah mandiri dan berada di luar kota, Jakarta dan Bandung. "Anak saya dua, yang satu dokter, mau ambil spesialis ortopedi. Satunya teknik sipil di ITB. Mereka gak mau jadi PNS," ujarnya, melempar tawa lagi. Menjadi seorang ibu dan kepala dinas, bukan tugas yang mudah bagi wanita. Raih Penghargaan Tapi hal itu tak mengendurkan tekad Heria untuk berkarya. Kota Balikpapan sendiri telah berhasil meraih penghargaan dari Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, terkait ketahanan pangan, beberapa waktu lalu. Meski berstatus kota dan hanya memiliki 15 persen lahan untuk kegiatan pangan, namun Balikpapan mampu meraih penghargaan terbaik pertama dengan skor 87,45 untuk kategori Ketahanan Pangan tingkat Provinsi Kaltim. Penghargaan dari Gubernur Isran itu dinilai dari keberhasilannya dalam pengembangan ketahanan pangan di pekarangan. Balikpapan tidak memiliki lahan pertanian yang memadai, sehingga sangat sulit mewujudkan ketahanan pangan mandiri. Dari lahan 15 persen, capaian produksi hanya mencakup 25 persen dari total kebutuhan pangan warga Balikpapan. Sisanya, diimpor dari Sulawesi dan Jawa. "Jadi kita manfaatkan pekarangan kita. Dan kita berhasil, sampai sekarang sudah ada 22 pilot project kita yang disebut Pekarangan Pangan Lestari,” ujarnya. Puluhan tahun mengabdi di dinas pangan, pertanian dan perikanan, Heria menganalisa,  sektor hewan yang paling lambat kemajuannya. Lagi-lagi semua karena keterbatasan lahan dan terbenturnya aturan. "Yang paling cepat kemajuannya, sektor perikanan," ungkapnya. Sektor ini didominasi perikanan tangkap sekitar 75 persen. Sisanya perikanan budidaya. Tahun ini pihaknya akan menggencarkan perikanan budidaya. Salah satunya menyebar 500 ribu benih ikan. Yang diawali pada HUT ke-126 Balikpapan, 10 Februari mendatang. "Secara simbolis nanti kita akan menyebar sekitar 100 ribu benih ikan di danau daerah Balikpapan Timur. Rencananya, Pak Walikota yang akan menyebarkannya pada HUT Balikpapan mendatang," jelas Heria. * Muhammad Taufik/ Rudi Agung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: