Pertamina Kaji Bangun Pipa Distribusi BBM Balikpapan-Samarinda
Balikpapan, DiswayKaltim.com – PT Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) VI Kalimantan mulai mengkaji kemungkinan distribusi BBM melalui jalur pipa. Meski baru memasuki tahap awal, sebuah tim dari Pertamina pusat telah diturunkan untuk menyaksikan secara langsung alur distribusi.
Region Manager Comm & CSR Kalimantan, Heppy Wulansari mengatakan, kajian pipanisasi distribusi BBM untuk memperlancar distribusi dari Balikpapan ke Samarinda. “Pipanisasi ini program jangka panjang, karena harus melalui kajian ekonomis,” katanya usai Pemaparan Pendistribusian BBM wilayah Kalimantan dalam Media Gathering di Malang, Sabtu (9/11/2019).
Menurut Heppy, tim tersebut juga mengkaji kemungkinan pembuatan jalur pipa melalui tol. Meski diakui distribusi melalui pipa lebih murah, proyek itu tidak mudah karena harus pembebasan lahan,” imbuh perempuan murah senyum.
Program pemipaan penyaluran BBM dari kilang ke Terminal BBM (TBBM) di Samarinda punya banyak kelebihan. Selain ongkos jadi lebih murah, juga untuk menghindari gangguan distribusi pada alat angkut.
“Secara geografis, Kalimantan ini wilayah yang sangat besar. Bisa dikatakan sebagian besar masih hutan. Jadi akses jalan cukup sulit, belum bisa menjangkau seluruh wilayah. Dan (penyaluran) masih sepenuhnya tergantung tanker,” ucap Heppy lagi.
Sehingga apabila terjadi gangguan cuaca, yang menyebabkan gelombang tinggi, tanker akan sulit membawa muatan tepat waktu.
“Sebenarnya kebutuhan BBM di Kalimantan tidak sebesar di Jawa, tetapi tantangan distribusi lebih besar,” kata Heppy.
Jika jalur pipa sudah dibangun antara kilang Balikpapan menuju TBBM Samarinda, maka ikut memangkas waktu distribusi ke daerah-daerah lain di pedalaman.
“Kalau sudah pipa, tidak akan ada lagi pengaruh cuaca. Jadi ada short cut- nya,” imbuh Heppy.
Sebagai perusahaan yang mendapat penugasan distribusi BBM oleh pemerintah, Pertamina juga bertanggungjawab mengalirkan minyak di daerah 3T.
Wilayah itu, selain sulit dijangkau dengan satu jenis kendaraan, juga belum punya supply point. Untuk memenuhi kebutuhan di wilayah 3T, Pertamina tidak hanya menggunakan satu jenis alat transportasi.
Dari tanker menuju mobil tangki, kemudian dikemas dengan drum, lalu diangkut lagi pakai pikap. “Kemudian masih nyeberang lagi pakai kapal. Di Krayan, kami angkut pakai traktor. Sebenarnya volume (BBM) tidak besar. Ongkos distribusinya yang besar sekali,” ujarnya.
Namun, bilang Heppy, karena Pertamina sudah komitmen untuk mendukung program satu harga, maka harus memenuhi kewajiban tersebut, “bagamanapun caranya,” katanya.
Asal tahu saja, Pertamina MOR VI Kalimantan melayani distribusi 56 kabupaten/kota di 5 provinsi. Dari wilayah itu, perusahaan bekerjasama dengan 398 SPBU regular, 42 SPBN/DN, 54 AMT dan APBU non-reguler (SPBU kompak, modular).
Sedangkan untuk penyaluran elpiji, Pertamina menggandeng 26 SPPBE PSO, 7 SPPBE Non-PSO, 228 agen PSO, 63 agen Non-PSO dan 10.087 pangkalan.
Sedangkan skema pendistribusian BBM ke masyarakat memiliki rantai yang cukup panjang. Dari kilang di Balikpapan, tanker mengangkut BBM ke berbagai tujuan. Salah satunya di Terminal BBM (TBBM) Samarinda. Dari situ, BBM ‘dialirkan’ ke SPBU menggunakan truk tangki. (fey/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: