Kabinet Nasib

Kabinet Nasib

Menteri Agama yang baru ini tentu punya tantangan besar. Untuk dirinya sendiri. Yakni bagaimana berubah dari milik satu golongan menjadi milik semua golongan. Juga bagaimana dari mengabdi ke satu golongan menjadi ke semua golongan.

Mungkin GP Ansor dan Banser –organisasi pemuda NU– akan tetap mempertahankannya sebagai  ketua umum mereka. Saya tahu Ansor sangat mencintainya. Saat ia ke rumah saya yang mengantar puluhan Banser.

Tapi Yaqut tentu tahu kalau itu tidak bijaksana. Ia adalah sarjana sosiologi Universitas Indonesia. Ia tidak perlu diajari untuk memahami sosiologi berbangsa.

Apalagi wakil menteri agama itu pun sudah telanjur NU.

Rembang, kini menjadi kiblat baru bidang pemikiran keagamaan. Budaya Islam di Rembang kelihatannya memang berkembang sangat moderat sejak zaman kuno. Peradaban di Rembang dan sekitarnya –termasuk Lasem dan Juwana– memang tergolong tua.

Rembang pernah jadi pusat peradaban di masa lalu. Ketika wilayah itu berkembang lebih dulu. Pun secara ekonomi. Termasuk terjadinya persinggungan budaya yang intens antara Tionghoa, Islam, dan Jawa. Peninggalan-peninggalan budaya Tionghoa yang maju ada di sekitar Rembang ini.

Maka ulama muda yang sangat populer dan fleksibel saat ini juga datang dari Rembang: Gus Baha’. Yang pengikutnya di YouTube berjibun –termasuk saya.

Alhasil, kabinet hasil reshuffle ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Tinggal nasib yang menentukan: apakah kita bisa menjadi bangsa yang nasibnya baik.(*)

sumber: disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: