Kabinet Nasib

Kabinet Nasib

ENAM menteri baru itu semuanya menarik. Trio basket kembali bersatu di kabinet. Semula, trio itu berbeda jalan –di Pilpres lalu. Erick Thohir ikut Presiden Jokowi. Sandiaga Uno menjadi lawan politik di seberangnya. Muhammad Lutfi ambil posisi netral.

Kini, setelah reshuffle kabinet Selasa lalu, trio itu bersatu lagi. Erick tetap di menteri BUMN, Lutfi menjadi menteri perdagangan, serta Sandi menjabat menteri pariwisata dan ekonomi kreatif.

dahlan

Itulah tiga sahabat seumur dari generasi baru Indonesia. Sama-sama orang kaya, sama-sama muda, sama-sama lulusan Amerika, dan sama-sama penggemar basket.

Mereka juga sama-sama Islam –dari generasi Islam Amerika. Yang sangat toleran. Yang ”menjadi kaya” itu sama pentingnya dengan beriman.
Hanya saja sedikit kurang ideal. Kalau saja Sandi bisa di kementerian perindustrian, sebenarnya trio itu akan bisa menjadi sentral kebangkitan ekonomi baru Indonesia: BUMN-Perdagangan-Perindustrian.

Tapi di dunia politik mengharapkan yang serba ideal juga tidak realistis. Bahwa Sandi sudah mau masuk kabinet itu sudah luar biasa. Pasti ada lobi yang sangat  mengharukan: sampai Sandi bersedia masuk kabinet.
Begitu ngototnya Sandi untuk tetap di luar kabinet. Untuk bisa merawat pengikutnya yang telanjur besar di kalangan anak muda.

Tapi pengikutnya itu sendiri sudah mulai terbelah. Terutama sejak Prabowo –pasangan Sandi di Pilpres yang sangat keras tahun lalu– ikut Presiden Jokowi di kabinet Indonesia Maju.
Bayangan saya, Erick dan Lutfi-lah yang merayu Sandi. Demi bersatunya trio itu kembali. Juga demi kemajuan Indonesia.

Lutfi sendiri, kepala BKPM dan menteri perdagangan di zaman Presiden SBY, akhirnya mendapat posisi yang pas. Baginya. Dan bagi Indonesia.
Sudah begitu lama kementerian perdagangan ini berubah menjadi perdagangan politik. Lengkap dengan isu-isu fee impor segala macam komoditas.

Kini kementerian itu sudah kembali ke pangkuan orang yang mestinya benar: Lutfi.

Bahwa Sandi menangani pariwisata dan ekonomi kreatif sebenarnya terlalu kecil. Tapi begitu Covid-19 hilang, sektor ini memang andalan kita. Sandi rasanya juga tidak ada masalah berpasangan dengan wakil menteri –yang putri konglomerat Hary Tanoesoedibjo itu.

Yang reshuffle ini juga sangat menarik adalah tampilnya Budi Gunadi Sadikin. Ia menjadi menteri kesehatan. Ia bukan dokter. Ia sarjana fisika nuklir. Ia bankir.

Memang sudah lama ada ide bahwa menteri kesehatan tidak harus dokter. Bahkan untuk sementara sebaiknya jangan dokter.

Dengan dijabat bukan dokter mungkin justru lebih adil bagi para dokter  –semua kubu tidak ada yang mendapatkannya. Ti-ji-ti-beh.

Dan lagi, yang terpenting, di posisi menteri, adalah kemampuan manajerialnya. Budi pasti mampu. Toh ia dibantu wakil menteri yang dokter. Yakni Dr. dr. Dante Saksono Harbuwono. Ahli penyakit dalam dari UI. Dengan gelar doktor dari Jepang.


Dokter Dante juga punya kemampuan manajerial yang unggul. Ia berkecimpung di Pertamedika –grup rumah sakit di bawah Pertamina. Yang kini menjadi induk seluruh rumah sakit milik BUMN.

Prestasi Budi Sadikin sangat menonjol saat menjadi dirut  Bank Mandiri. Lalu menjadi dirut Inalum yang legendaris –yang jadi lokomotif pengambilalihan Freeport. Budi Sadikin-lah otak dan operator pengambilalihan Freeport itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: