Ancaman Krisis saat Pandemi
Belum lagi, menurut Wimboh, ongkos yang perlu dikeluarkan untuk pemulihan ekonomi saat itu cukup besar. “Saat itu, kita adalah negara yang mengeluarkan ongkos paling besar jumlahnya 52 persen dari GDP,” terangnya.
Meski demikian, Wimboh menilai, kini Indonesia lebih siap dalam menghadapi krisis dibandingkan saat 1998. Pasalnya, berbagai regulasi sudah lengkap dan tertata serta memudahkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah mitigasi dari ancaman yang membahayakan perekonomian.
“Regulasi saat ini sudah tertata akibat krisis 98. Kita sudah global standard. Sudah comply dan anggota G20 yang menjadi contoh negara lain,” tuturnya.
Kesiapan Indonesia, menurut Wimboh, juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2020. Yang relatif lebih baik ketimbang negara-negara lain di kawasan Asia: hanya minus 5,2 persen.
“Ini lebih besar dari Korea Selatan, Vietnam, dan juga kalau lihat China. Kita masih bisa tetap bersyukur. Ekonomi kita tidak terlalu buruk dibandingkan negara lain,” tuturnya.
Wimboh juga optimistis ekonomi Indonesia bisa kembali pulih. Asalkan masyarakat mau ikut membantu pemerintah. Dengan tetap tidak melupakan protokol kesehatan. Dalam melakukan aktivitas.
“Pemerintah bersama pemangku kepentingan lain berupaya keras. Agar pertumbuhan ekonomi melalui domestic demand dilakukan dengan berbagai upaya. Agar ini bisa timbulkan pemicu. Untuk kebangkitan ekonomi kita,” tandasnya. (cnn/dtk/qn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: