Ancaman Krisis saat Pandemi

Ancaman Krisis saat Pandemi

Padahal, di tahun-tahun mendatang Indonesia sangat membutuhkan investasi. Untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran yang melonjak selama pandemi.

“Peluang untuk investasi terpangkas di kisaran minus 3 sampai minus 5 persen. Ini memang tidak terlepas dari tren ketika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya di 2008-2009. Memang pola aliran investasi itu pertumbuhannya melambat,” jelasnya.

Ketiga, Indonesia akan kehilangan devisa pariwisata dari negara-negara tetangga yang mengalami resesi. Selandia Baru, misalnya, merupakan salah satu negara penyumbang turis berkualitas bagi Indonesia.

Jumlah wisatawan mereka mungkin tak sebanyak China dan Malaysia. Namun jumlah uang yang mereka keluarkan saat berwisata cukup besar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Tauhid mengatakan, peran pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi memang tergerus habis-habisan akibat COVID-19.

Oleh karena itu, satu-satunya andalan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional adalah konsumsi domestik.

Namun, melihat masih rendahnya penyaluran program bantuan sosial pemerintah sejak Juli 2020, ia memprediksi pemulihan ekonomi akan berlangsung lebih lama. Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya mampu tumbuh 2,54 hingga 3,7 persen.

“Dengan kondisi global di mana di dalamnya negara-negara Asia Pasifik mengalami resesi, sementara konsumsi domestik masih biasa-biasa, recovery kita akan butuh waktu lebih lama,” tutur Ahmad.

Lambatnya pemulihan ekonomi, menurut Ahmad, juga akan disebabkan makin lemahnya kemampuan pemerintah membiayai belanja bantuan sosial. Sebab, penting bagi pemerintah untuk merombak besar-besaran program yang telah berjalan pada tahun ini. Agar anggaran di tahun depan dapat lebih efektif untuk mendorong pemulihan ekonomi.

“Upaya pemerintah untuk mendorong konsumsi rumah tangga itu akan meningkat. Tapi kami melihat pemerintah sudah mengusulkan dana cukup besar. Untuk bantu konsumsi. Yang ternyata tidak cukup mampu mendorong ekonomi. Kita lihat sama-sama kuartal III, kalau resesi, berarti memang perombakan harus dilakukan,” tandasnya.

KONTRAKSI BERTURUT-TURUT

Indef menilai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi kunci realisasi perekonomian nasional pada 2020. Banyak lembaga internasional yang memproyeksikan ekonomi Indonesia minus sepanjang tahun.

Pandemi corona juga sudah membuat banyak negara, baik maju maupun berkembang, ekonominya resesi. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus 2 kuartal berturut-turut. Ekonomi Tanah Air diprediksi bisa mengalami resesi 3 kuartal berturut-turut atau minus selama 3 kuartal.

Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya mengatakan, ekonomi Indonesia berpotensi resesi berkepanjangan jika penyebaran kasus virus corona tidak bisa ditangani dengan cepat. Dia menilai, Indonesia berpotensi mengalami resesi selama 3 kuartal berturut-turut.

“Kalau pandeminya lanjut sampai akhir tahun bahkan tahun depan, maka penderita COVID terus bertambah secara signifikan. Sehingga resesinya bisa lebih dari 3 kuartal,” kata Berly dalam acara diskusi online Indef, Kamis (17/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: