Target Sasar 83 Wilayah 3T, BBM Satu Harga Baru Terealisasikan di Lima Titik
Jakarta, nomorsatukaltim.com - PT Pertamina (Persero) optimistis dapat mencapai target pemerintah untuk merealisasikan BBM Satu Harga di 83 wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) hingga akhir 2020. Meski hingga Agustus baru merealisasikan lima titik.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, sampai dengan 2019, pihaknya dapat mencapai target sebanyak 160 titik pada Oktober 2019 atau lebih cepat tiga bulan dari yang ditargetkan pada Desember 2019.
“Karena itu, kami yakin pada tahun ini target sebanyak 83 titik BBM Satu Harga dapat tercapai,” kata Fajriyah, Senin (10/8).
Fajriyah menambahkan, dari 83 titik yang menjadi target pada 2020, sebanyak lima lembaga penyalur telah beroperasi. Sehingga total yang beroperasi saat ini sebanyak 165 penyalur. Sisanya, dalam proses pembangunan dan proses perizinan.
Lembaga penyalur tersebut tersebar di beberapa wilayah seperti Sumatera 13 titik, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur 21 titik, Kalimantan 13 titik, Sulawesi tujuh titik, Maluku 15 titik, dan Papua 14 titik.
“Sepanjang 2020 ini kami telah mengoperasikan lembaga penyalur BBM Satu Harga di Kabupaten Sigi, Palolo, Sulawesi Tengah. Sambil paralel. Kami juga mempersiapkan untuk wilayah lainnya,” kata Fajriyah.
Menurut dia, melalui program BBM Satu Harga, Pertamina membangun lembaga penyalur resmi di wilayah terpencil. Untuk dapat menyediakan premium dan solar. Sesuai harga yang diatur pemerintah atau sama dengan yang dinikmati oleh masyarakat di kota besar.
Harga BBM yang lebih terjangkau berdampak pada penurunan biaya transportasi dan operasional. Sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat setempat serta berpengaruh pada harga-harga kebutuhan pokok.
“Ini wujud komitmen Pertamina untuk turut serta memajukan perekonomian masyarakat melalui peran strategis Pertamina. Dalam menyediakan energi di seluruh wilayah Tanah Air. Sesuai dengan prinsip availability, accessibility, affordability, acceptability, dan sustainaibility,” jelas Fajriyah. (de/qn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: